Minggu, 27 Maret 2016

Ijaz Al-Qur'an

Diposting oleh Mukaramah di 21.30


Makalah Kelompok VIII
I’JAZ AL-QUR’AN
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas
Mata Kuliah: Ulum Al-Qur’an
Dosen: H. AHMAD DASUKI, LC.



Disusun oleh:

MUKARAMAH
NIM: 1504120424
EKO WIDIANTO
NIM:


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKARAYA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
JURUSAN EKONOMI ISLAM
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
TAHUN 2016


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam yang telah menurunkan kitab suci al-Qur’an sebagai petunjuk bagi umat manusia dan menjadikannya sebagai sumber hukum, nasehat, obat, dan rahmat. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi agung Muhammad saw. Yang telah memimpin dan memberikan keteladanan dalam mempertahankan misi moral dan berkat usaha kerja kerasnya kita dipersatukan dalam persaudaraan yang lurus lagi benar dan semoga kita selaku ummatnya selalu dalam jalan-Nya dan mengikuti jalan Nabi Muhammad saw.
Dalam pembuatan makalah ini kami tidak begitu mendapat banyak kesulitan karena adanya saran dari berbagai pihak tentang pembuatannya. Namun, tidak menutup kemungkinan makalah ini masih jauh dari sempurna dan banyak kekurangan, baik dari penulisan, ejaan dan sebagainya. Oleh karenanya, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.
Akhirnya, kami selaku penyusun mengucapkan terima kasih kepada Bapak. H. AHMAD DASUKI, LC.S yang telah memberikan tugas dan bimbingannya kepada kami, yang mana ini akan membantu kami agar terbiasa dalam pembuatan makalah. Tidak lupa kami ucapkan pula terima kasih kepada seluruh pihak yang telah memberikan bantuannya sehingga kami mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik.


  
BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang Masalah
Mukjizat yang diberikan Allah swt. Kepada para Nabi dan Rasul-Nya sebelum Muhammad saw. Dapat dikatakan hanya tinggal kenangan sejarah yang terukir dari mulut ke mulut dan tertulis dalam berbagai buku sejarah terutama Al-Qur’an. Tapi mukjizat terbesar yang Allah berikan kepada Nabi Muhammad saw., yakni Al-Qur’an, hingga kini dan nanti masih akan terus eksis sepanjang zaman.
Memahami perihal mukjizat pada umumnya dan kemukjizatan al-Qur’an pada khususnya, di zaman kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sekarang ini sesungguhnya bukan merupakan sesuatu yang musykil (sulit), apalagi mustahil; meskipun mukjizat itu sendiri merupakan sesuatu yang bersifat supra rasional. Selain karna alat bantu yang mempermudah kita memahami teks-teks (nushush) Al-Qur’an itu sendiri, juga terutama disebabkan informasi sejarah dunia yang telah demikian panjang dan kaya.
Dari segi bahasa dan sastra, maka mukjizat Al-Qur’an sudah terbukti jauh lebih unggul dibanding dengan yang pernah dicapai bangsa Arab. Sejak turunnya Al-Qur’an sudah disertai dengan mukjizat yang bersifat universal, berlaku bagi seluruh alam dan seluruh masa, dan Allah juga menjamin terhadap kesuciannya.
B.       Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian I’jaz al-Qur’an?
2.      Apa saja Mukjizat al-Qur’an itu?
3.      Apa saja segi-segi Kemukjizatan Al-Qur’an?
4.      Apa faedah mempelajarari I’jaz al-Qur’an?
5.      Apa saja bukti historis kegagalan dalam menandingi Al-Qur’an?
C.      Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui dan memahami pengertian i’jaz al-Qur’an.
2.      Mengetahui macam-macam Mukjizat al-Qur’an.
3.      Mengetahui segi-segi Kemukjizatan al-Qur’an.
4.      Mengetahui faedah dari mempelajari I’jaz al-Qur’an.
5.      Mengetahui fakta sejarah kegagalan orang-orang yang menandingi Al-Qur’an.
D.      Metode Penulisan
Adapun metode yang digunakan dalam pembuatan makalah ini adalah dengan cara menelaah buku-buku kepustakaan sebagai referensi.


BAB II
PEMBAHASAN
A.  Pengertian I’jaz
Kata i’jaz berasal dari kata a’jaza yang berarti melemahkan atau menjadikan tidak mampu maksudnya ialah fakta empiriknya yang mampu melemahkan manusia dan menjadi petunjuknya, yang menyatakan bahwa mereka (para nabi) itu adalah orang-orang yang benar dalam menyampaikan segala sesuatu yang mereka terima dari Allah.[1] dan Mukjizat artinya sesuatu yang luar biasa, yang ajaib atau yang menakjubkan.[2] Sedangkan secara istilah, mukjizat adalah suatu perkara yang luar biasa disertai dengan unsur tantangan dan tidak dapat ditandingi, yang diperlihatkan Allah melalui para Nabi dan Rasul-Nya sebagai bukti atas kebenaran pengakuan kenabian dan kerasulannya.
Rasulullah SAW bersabda: “setiap Nabi diantara para Nabi pasti diberi tanda bukti tanpa ada yang menandinginya, sehingga manusia mempercayainya. Adapun saya diberi wahyu yang telah diwahyukan Allah kepada saya, maka saya ingin pengikutku lebih banyak dari pada pengikut mereka pada hari qiyamat.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam kamus al-Mu’jam al-Wasith, mukjizat dirumuskan dengan “Sesuatu (hal atau urusan) yang menyalahi adat-kebiasaan yang ditampakkan Allah di atas kekusasaan seorang nabi untuk memperkuat kenabiannya.”[3] Yang dimaksud mukjizat dalam terminologi ahli-ahli ilmu Al-Qur’an, seperti diformulasikan Manna’ al-Qaththan dan lain-lain ialah “Sesuatu urusan (hal) yang menyalahi tradisi, dibarengi atau diiringi dengan tantangan atau pertandingan dan terbebas dari perlawanan (menang).”
B.  Macam-macam Mukjizat
Al-Suyuthi membagi mukjizat menjadi dua macam yaitu mukjizat hissiyah dan mukjizat aqliyah. Mukjizat hissiyah berarti yang bisa ditangkap oleh paca indera manusia, mukjizaat aqliyah adalah mukjizat yang hanya bisa ditangkap oleh akal atau nalar manusia.
Mukjizat-mukjizat yang diberikan pada para Rasul sebelumnya yang kebanyakan terbentuk mukjizat hissiyah tidak kekal dan amat terbatas dalam masanya, namun mukjizat al-Qur’an yang diberikan kepada Nabi Muhammad saw. akan kekal sepanjang zaman. Yang demikian membuktikan, bahwa al­-Qur’an merupakan mukjizat terbesar sepanjang zaman.
C.  Kemukjizatan-kemukjizatan al-Qur’an
       Al-Qur’an adalah mukjizat, dapat diuji dari keseluruhan aspeknya. Terutama dihubungkan dengan tiga unsur utama mukjizat, yakni:
1.      menyalahi tradisi atau adat kebiasaan, maksudnya masing-masing peristiwa hanya terjadi sekali atau sesekali sepanjang zaman dan untuk orang-orang di tengah-tengah sekian banyak manusia.
2.      Teruji melalui perlawanan yang seimbang atau sebanding.
3.       Setelah dilakukan perlawanan terhadapnya, ternyata tidak terkalahkan untuk selama-lamanya.[4]

     Al-Shabuni mengemukakan segi-segi kemukjizatan al-Qur’an sebagai berikut:
1.    Susunannya yang indah dan berbeda dengan karya-karya yang ada dalam bahasa orang-orang Arab.
2.    Gaya bahasa yang menakjubkan yang jauh berbeda dengan uslub-uslub bahasa Arab.
3.    Sifat keagungannya yang tidak memungkinkan seseorang untuk mendatangkan yang serupa dengannya.
4.    Bentuk undang-undang di dalamnya sangat rinci dan sempurna melebihi undang-undang buatan manusia.
5.    Mengabarkan hal-hal ghaib yang tidak dapat diketahui, kecuali melalui wahyu. Kemukjizatan dalam bentuk ini cukup banyak jumlahnya seperti informasi tentang kekalahan bangsa romawi,[5] peristiwa fathu Makkah (pembebasan kota Makkah),[6] dan lain-lain yang diinformasikan Al-Qur’an jauh-jauh hari sebelum peristiwa itu senidri benar-benar terjadi.
6.    Uraiannya tidak ada pertentangan dengan ilmu-ilmu pengetahuan yang dipastikan kebenarannya.
7.    Setiap janji dan ancaman yang dikabarkan benar-benar terjadi.
8.    Mengandung ilmu-ilmu pengetahuan.
9.    Memenuhi segala kebutuhan manusia.
10.     Berpengaruh pada hati pengikutnya dan orang-orang yang memusuhinya.
D.  Faedah Pembahasan I’jaz al-Qur’an
Diantara faedah mempelajari i’jaz al-Qur’an adalah:
1.      Dengan mempelajari i’jaz al-Qur’an akan semakin menambah keimanan. Bahkan, banyak juga orang masuk Islam setelah mengetahui i’jaz al-Qur’an.
2.      Dengan mempelajari i’jaz al-Qur’an akan semakin memperkaya khazanah keilmuan.
3.      Menjaga kebenaran al-Qur’an dari orang-orang yang ingin melemahkan al-Qur’an.
4.      Membuktikan kebenaran al-Qur’an pada musuh-musuh Islam yang memandang remeh terhadap al-Qur’an.
E.  Bukti Historis Kegagalan Menandingi Al-Qur’an
     Dalam al-Qur’an disebutkan adanya pernyataan tegas yang menyatakan tantangan kepada manusia yang meragukan kebenaran terhadap al-Qur’an sebagai wahyu Allah.  Al-Qur’an menantang mereka dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
1.      Mendatangkan semisal al-Qur’an
Firman Allah swt. dalam Qur'an Surah Al-Isra: 88.
Artinya: “Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan Dia, Sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain". (QS. Al-Isra: 88)

               Pernyataan tersebut dibuktikan oleh fakta sejarah, yaitu peristiwa yang terjadi pada Ibnul Muqaffa, sebagaimana diungkapkan oleh seorang orientalis, Wallacestone, dalam bukunya Mohammad: His Life Doktrin. Peristiwa itu, terjadi ketika sekelompok orang zindik (kaum atheis) tidak senang melihat pengaruh al-Qur’an terhadap masyarakat. Mereka memustuskan untuk menjawab tantangan-tantangan al-Qur’an. Untuk itu mereka menawarkan kepada Abdullah Ibnul Muqaffa (w. 727 M), seseorang penulis terkenal agar bersedia membuat karya tulis semacam tawaran tersebut. Ia berjanji akan menyelesaikan tugas itu dalam kurun waktu satu tahun. Sebagai imbalannya, mereka harus menanggung semua biaya Abdullah selama setahun itu.
           Setelah berjalan setengah tahun, orang zindik (kaum atheis) itu mendatangi Ibnul Muqaffa. Pada waktu memasuki kamar sastrawan asal persia ini, mereka menemukan Ibnul Muqaffa sedang duduk memegang pena dengan kertas-kertas tulis bertebaran di lantai dan  kamarnya penuh dengan sobekan-sobekan kertas yang telah ditulisi.[7] Penulis terkenal ini telah mencurahkan segenap kemampuannya untuk menjawab tantangan al-Qur’an, tapi ia tidak berhasil dan menemui jalan buntu, sebab lebih dari setengah tahun ia berusaha menulis semisal al-Qur’an, namun tidak satu ayatpun yang dihasilakannya. Ibnul Muqaffa akhirnya memutuskan perjanjian dan menyerah kalah.
2.      Mendatangkan sepuluh surat yang menyamai surat-surat yang ada dalam al-Qur’an
Firman Allah swt, dalam Qur'an Surah Hud: 13.
Artinya: “bahkan mereka mengatakan: "Muhammad telah membuat-buat Al Quran itu", Katakanlah: "(Kalau demikian), Maka datangkanlah sepuluh surat-surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar". (QS. Hud: 13)
3.      Mendatangkan satu surat
Firman Allah swt, dalam Qur'an Surah Yunus: 38.
Artinya:atau (patutkah) mereka mengatakan "Muhammad membuat-buatnya." Katakanlah: "(Kalau benar yang kamu katakan itu), Maka cobalah datangkan sebuah surat seumpamanya dan panggillah siapa-siapa yang dapat kamu panggil (untuk membuatnya) selain Allah, jika kamu orang yang benar."
(QS. Yunus: 38)

           Memang banyak pemimpin-pemimpin dan ahli sastra Arab yang mencoba dan meniru al-Qur’an bahkan ada yang mendakwahkan dirinya jadi Nabi seperti Musailamah Al-Kazzab, Thulaihah, Habalah bin Ka’ab dan lain-lain. Tetapi mereka semua hanya meneumi kegagalan, bahkan mendapat cemooh dan hinaan dari masyarakat. Sebagai contoh seperti kata-kata Musailamah Al-Kazzab yang dianggapnya dapat menandingi sebagiaan ayat-ayat al-Qur’an:

Artinya: “Hai katak (kodok) anak dari dua katak. Bersihkanlah apa apa yang akan engkau bersihkan, bagian atas engkau diair dan bagian bawah engkau di tanah”

               Seseorang sastrawan Arab yang termahsyur, yaitu Al-Jahidz telah memberikan penilaian atas gubahan Musailamah ini dalam bukunya “Al-Hayawan” sebagai berikut: “saya tidak mengerti apakah gerangan yang menggerakan jiwa Musailamah menyebut (kodok) dan sebagainya itu. Alangkah kotornya gubahan yang dikatakannya sebagai ayat Al-Qur’an itu yang turun kepadanya sebagai wahyu.”[8]




BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Mukjizat adalah sesuatu yang luar biasa, yang ajaib (menakjubkan dan megherankan) karena orang atau pihak lain tidak ada yang sanggup menandingi atau menyamai sesuatu itu. Mukjizat terbagi menjadi dua macam, yaitu mukjizat hissiyah dan mukjizat aqliyah. Mukjizat hissiyah berarti yang bisa ditangkap oleh panca indera manusia, mukjizat aqliyah adalah mukjizat yang hanya bisa ditangkap oleh akal atau nalar manusia. Unsur pokok mukjizat yaitu: pertama, mukjizat ialah harus menyalahi tradisi atau adat-kebiasaan (khariqun lil’adah). Kedua, mukjizat ialah bahwa harus dibarengi dengan perlawanan yang seimbang. Dan ketiga, mukjizat ialah bahwa mukjizat itu setelah dilakukan perlawanan terhadapnya, ternyata tidak terkalahkan selama-lamanya.
Kemukjizatan Al-Qur’an tidak terbatas pada keseluruhan/kesatuan dan isi kandungannya semata-mata; akan tetapi,juga terletak pada aspek kebahasaan, rangkaian penyusunan, bagian demi bagian, dan lain sebagainya. Dengan demikian, kemukjizatan Al-Qur’an terletak pada aspeknya yang manapun secara sendiri-sendiri dan lebih-lebih pada kesatuannya secara keseluruhan.
Dengan mempelajari i’jaz al-Qur’an akan semakin menambah keimanan kita, semakin memperkaya khazanah keilmuan, menjaga kebenaran Al-Qur’an, dan membuktikan kebenaran Al-Qur’an pada musuh-musuh Islam yang memandang remeh Al-Qur’an. Bahkan, banyak juga orang masuk Islam setelah mengetahui i’jaz al-Qur’an.










DAFTAR PUSTAKA
Amin Suma, Muhammad, Ulumul Qur’an, Jakarta: Rajawali Pers, 2013.

Gufron, Mohamad, Rahmawati, Ulumul Qur’an. Yogyakarta: Teras, t.t.

Syadili, Ahmad, dkk, Ulumul Qur’an II, Bandung: CV. PUSTAKA SETIA, cetakan 1, Juni 1997.






[1]Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur’an, Jakarta: PT. Rajawali Pers, 2013. Hal. 168.
[2]Ahmad Syadali, Ahmad Rofi’i, Ulumul Quran II, Bandung: CV. PUSTAKA SETIA, cet 1, juni 1997, hal. 9.
[3]Muhammad Amin Suma, op.cit., hal. 155.
[4]Muhammah Amin Suma, op.cit., hal. 156-157.
[5]Ar-Rum : 1-2.
[6]Al-Fath : 27.
[7]Ahmad Syadali, Ahmad Rofi’i, op.cit, hal. 17.
[8]Ahmad Syadili, Ahmad Rofi’i, op.cit., hal. 16-20.
 

0 komentar:

 

Kumpulan Makalah, Artikel, dan Karya Tulis Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea