Makalah
Kelompok VIII
I’JAZ AL-QUR’AN
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas
Mata Kuliah: Ulum Al-Qur’an
Dosen: H. AHMAD DASUKI, LC.
Disusun oleh:
MUKARAMAH
NIM: 1504120424
EKO WIDIANTO
NIM:
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKARAYA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
JURUSAN EKONOMI ISLAM
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
TAHUN 2016
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah
segala puji bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam yang telah menurunkan kitab suci
al-Qur’an sebagai petunjuk bagi umat manusia dan menjadikannya sebagai sumber
hukum, nasehat, obat, dan rahmat. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan
kepada Nabi agung Muhammad saw. Yang telah memimpin dan memberikan keteladanan
dalam mempertahankan misi moral dan berkat usaha kerja kerasnya kita
dipersatukan dalam persaudaraan yang lurus lagi benar dan semoga kita selaku
ummatnya selalu dalam jalan-Nya dan mengikuti jalan Nabi Muhammad saw.
Dalam pembuatan makalah ini kami tidak begitu mendapat
banyak kesulitan karena adanya saran dari berbagai pihak
tentang pembuatannya. Namun, tidak menutup kemungkinan makalah ini masih jauh
dari sempurna dan banyak kekurangan, baik dari penulisan, ejaan dan sebagainya.
Oleh karenanya, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun.
Akhirnya, kami selaku penyusun mengucapkan terima kasih
kepada Bapak. H. AHMAD DASUKI, LC.S yang telah memberikan tugas dan
bimbingannya kepada kami, yang mana ini akan membantu kami agar terbiasa dalam
pembuatan makalah. Tidak lupa kami ucapkan pula terima kasih kepada seluruh
pihak yang telah memberikan bantuannya sehingga kami mampu menyelesaikan
makalah ini dengan baik.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Mukjizat
yang diberikan Allah swt. Kepada para Nabi dan Rasul-Nya sebelum Muhammad saw.
Dapat dikatakan hanya tinggal kenangan sejarah yang terukir dari mulut ke mulut
dan tertulis dalam berbagai buku sejarah terutama Al-Qur’an. Tapi mukjizat
terbesar yang Allah berikan kepada Nabi Muhammad saw., yakni Al-Qur’an, hingga
kini dan nanti masih akan terus eksis sepanjang zaman.
Memahami
perihal mukjizat pada umumnya dan kemukjizatan al-Qur’an pada khususnya, di zaman
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sekarang ini sesungguhnya bukan
merupakan sesuatu yang musykil (sulit), apalagi mustahil; meskipun
mukjizat itu sendiri merupakan sesuatu yang bersifat supra rasional. Selain
karna alat bantu yang mempermudah kita memahami teks-teks (nushush) Al-Qur’an
itu sendiri, juga terutama disebabkan informasi sejarah dunia yang telah
demikian panjang dan kaya.
Dari
segi bahasa dan sastra, maka mukjizat Al-Qur’an sudah terbukti jauh lebih
unggul dibanding dengan yang pernah dicapai bangsa Arab. Sejak turunnya
Al-Qur’an sudah disertai dengan mukjizat yang bersifat universal, berlaku bagi
seluruh alam dan seluruh masa, dan Allah juga menjamin terhadap kesuciannya.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian I’jaz al-Qur’an?
2.
Apa saja Mukjizat al-Qur’an itu?
3.
Apa saja segi-segi Kemukjizatan Al-Qur’an?
4.
Apa faedah mempelajarari I’jaz al-Qur’an?
5.
Apa saja bukti historis kegagalan dalam menandingi Al-Qur’an?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Mengetahui dan memahami pengertian i’jaz al-Qur’an.
2.
Mengetahui macam-macam Mukjizat al-Qur’an.
3.
Mengetahui segi-segi Kemukjizatan al-Qur’an.
4.
Mengetahui faedah dari mempelajari I’jaz al-Qur’an.
5.
Mengetahui fakta sejarah kegagalan orang-orang yang menandingi
Al-Qur’an.
D.
Metode Penulisan
Adapun
metode yang digunakan dalam pembuatan makalah ini adalah dengan cara menelaah
buku-buku kepustakaan sebagai referensi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian I’jaz
Kata
i’jaz berasal dari kata a’jaza yang berarti melemahkan atau
menjadikan tidak mampu maksudnya ialah fakta empiriknya yang mampu melemahkan
manusia dan menjadi petunjuknya, yang menyatakan bahwa mereka (para nabi) itu
adalah orang-orang yang benar dalam menyampaikan segala sesuatu yang mereka
terima dari Allah.[1]
dan Mukjizat artinya sesuatu yang luar biasa, yang ajaib atau yang menakjubkan.[2]
Sedangkan secara istilah, mukjizat adalah suatu perkara yang luar biasa
disertai dengan unsur tantangan dan tidak dapat ditandingi, yang diperlihatkan
Allah melalui para Nabi dan Rasul-Nya sebagai bukti atas kebenaran pengakuan
kenabian dan kerasulannya.
Rasulullah
SAW bersabda: “setiap Nabi diantara para Nabi pasti diberi tanda bukti tanpa
ada yang menandinginya, sehingga manusia mempercayainya. Adapun saya diberi
wahyu yang telah diwahyukan Allah kepada saya, maka saya ingin pengikutku lebih
banyak dari pada pengikut mereka pada hari qiyamat.” (HR. Bukhari dan
Muslim).
Dalam
kamus al-Mu’jam al-Wasith, mukjizat dirumuskan dengan “Sesuatu (hal atau
urusan) yang menyalahi adat-kebiasaan yang ditampakkan Allah di atas kekusasaan
seorang nabi untuk memperkuat kenabiannya.”[3]
Yang dimaksud mukjizat dalam terminologi ahli-ahli ilmu Al-Qur’an, seperti
diformulasikan Manna’ al-Qaththan dan lain-lain ialah “Sesuatu urusan (hal)
yang menyalahi tradisi, dibarengi atau diiringi dengan tantangan atau pertandingan
dan terbebas dari perlawanan (menang).”
B.
Macam-macam Mukjizat
Al-Suyuthi
membagi mukjizat menjadi dua macam yaitu mukjizat hissiyah dan mukjizat
aqliyah. Mukjizat hissiyah berarti yang bisa ditangkap oleh paca
indera manusia, mukjizaat aqliyah adalah mukjizat yang hanya bisa
ditangkap oleh akal atau nalar manusia.
Mukjizat-mukjizat
yang diberikan pada para Rasul sebelumnya yang kebanyakan terbentuk mukjizat hissiyah
tidak kekal dan amat terbatas dalam masanya, namun mukjizat al-Qur’an yang
diberikan kepada Nabi Muhammad saw. akan kekal sepanjang zaman. Yang demikian
membuktikan, bahwa al-Qur’an merupakan mukjizat terbesar sepanjang zaman.
C. Kemukjizatan-kemukjizatan
al-Qur’an
Al-Qur’an adalah mukjizat, dapat diuji
dari keseluruhan aspeknya. Terutama dihubungkan dengan tiga unsur utama
mukjizat, yakni:
1.
menyalahi tradisi atau adat kebiasaan, maksudnya masing-masing peristiwa
hanya terjadi sekali atau sesekali sepanjang zaman dan untuk orang-orang di
tengah-tengah sekian banyak manusia.
2.
Teruji melalui perlawanan yang seimbang atau sebanding.
3.
Setelah dilakukan perlawanan
terhadapnya, ternyata tidak terkalahkan untuk selama-lamanya.[4]
Al-Shabuni
mengemukakan segi-segi kemukjizatan al-Qur’an sebagai berikut:
1.
Susunannya yang indah dan berbeda dengan karya-karya yang ada dalam
bahasa orang-orang Arab.
2.
Gaya bahasa yang menakjubkan yang jauh berbeda dengan uslub-uslub
bahasa Arab.
3.
Sifat keagungannya yang tidak memungkinkan seseorang untuk
mendatangkan yang serupa dengannya.
4.
Bentuk undang-undang di dalamnya sangat rinci dan sempurna melebihi
undang-undang buatan manusia.
5.
Mengabarkan hal-hal ghaib yang tidak dapat diketahui, kecuali
melalui wahyu. Kemukjizatan dalam bentuk ini cukup banyak jumlahnya seperti
informasi tentang kekalahan bangsa romawi,[5]
peristiwa fathu Makkah (pembebasan kota Makkah),[6]
dan lain-lain yang diinformasikan Al-Qur’an jauh-jauh hari sebelum peristiwa
itu senidri benar-benar terjadi.
6.
Uraiannya tidak ada pertentangan dengan ilmu-ilmu pengetahuan yang
dipastikan kebenarannya.
7.
Setiap janji dan ancaman yang dikabarkan benar-benar terjadi.
8.
Mengandung ilmu-ilmu pengetahuan.
9.
Memenuhi segala kebutuhan manusia.
10.
Berpengaruh pada hati pengikutnya dan orang-orang yang memusuhinya.
D. Faedah
Pembahasan I’jaz al-Qur’an
Diantara
faedah mempelajari i’jaz al-Qur’an adalah:
1.
Dengan mempelajari i’jaz al-Qur’an akan semakin menambah
keimanan. Bahkan, banyak juga orang masuk Islam setelah mengetahui i’jaz al-Qur’an.
2.
Dengan mempelajari i’jaz al-Qur’an akan semakin memperkaya
khazanah keilmuan.
3.
Menjaga kebenaran al-Qur’an dari orang-orang yang ingin melemahkan
al-Qur’an.
4.
Membuktikan kebenaran al-Qur’an pada musuh-musuh Islam yang
memandang remeh terhadap al-Qur’an.
E. Bukti Historis
Kegagalan Menandingi Al-Qur’an
Dalam al-Qur’an disebutkan adanya pernyataan
tegas yang menyatakan tantangan kepada manusia yang meragukan kebenaran
terhadap al-Qur’an sebagai wahyu Allah.
Al-Qur’an menantang mereka dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
1.
Mendatangkan semisal al-Qur’an
Firman
Allah swt. dalam Qur'an Surah Al-Isra: 88.
Artinya: “Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin
berkumpul untuk membuat yang serupa Al Quran ini, niscaya mereka tidak akan
dapat membuat yang serupa dengan Dia, Sekalipun sebagian mereka menjadi
pembantu bagi sebagian yang lain". (QS. Al-Isra: 88)
Pernyataan
tersebut dibuktikan oleh fakta sejarah, yaitu peristiwa yang terjadi pada Ibnul
Muqaffa, sebagaimana diungkapkan oleh seorang orientalis, Wallacestone, dalam
bukunya Mohammad: His Life Doktrin. Peristiwa itu, terjadi ketika
sekelompok orang zindik (kaum atheis) tidak senang melihat pengaruh al-Qur’an
terhadap masyarakat. Mereka memustuskan untuk menjawab tantangan-tantangan
al-Qur’an. Untuk itu mereka menawarkan kepada Abdullah Ibnul Muqaffa (w.
727 M), seseorang penulis terkenal agar bersedia membuat karya tulis semacam
tawaran tersebut. Ia berjanji akan menyelesaikan tugas itu dalam kurun waktu
satu tahun. Sebagai imbalannya, mereka harus menanggung semua biaya Abdullah
selama setahun itu.
Setelah berjalan
setengah tahun, orang zindik (kaum atheis) itu mendatangi Ibnul Muqaffa. Pada
waktu memasuki kamar sastrawan asal persia ini, mereka menemukan Ibnul
Muqaffa sedang duduk memegang pena dengan kertas-kertas tulis bertebaran di
lantai dan kamarnya penuh dengan
sobekan-sobekan kertas yang telah ditulisi.[7]
Penulis terkenal ini telah mencurahkan segenap kemampuannya untuk menjawab
tantangan al-Qur’an, tapi ia tidak berhasil dan menemui jalan buntu, sebab
lebih dari setengah tahun ia berusaha menulis semisal al-Qur’an, namun tidak
satu ayatpun yang dihasilakannya. Ibnul Muqaffa akhirnya memutuskan
perjanjian dan menyerah kalah.
2.
Mendatangkan sepuluh surat yang
menyamai surat-surat yang ada dalam al-Qur’an
Firman Allah swt, dalam Qur'an Surah Hud: 13.
Artinya: “bahkan mereka mengatakan: "Muhammad telah
membuat-buat Al Quran itu", Katakanlah: "(Kalau demikian), Maka
datangkanlah sepuluh surat-surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan
panggillah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu
memang orang-orang yang benar". (QS. Hud: 13)
3.
Mendatangkan satu surat
Firman Allah swt, dalam Qur'an Surah Yunus: 38.
Firman Allah swt, dalam Qur'an Surah Yunus: 38.
Artinya: “atau (patutkah)
mereka mengatakan "Muhammad membuat-buatnya." Katakanlah:
"(Kalau benar yang kamu katakan itu), Maka cobalah datangkan sebuah surat
seumpamanya dan panggillah siapa-siapa yang dapat kamu panggil (untuk
membuatnya) selain Allah, jika kamu orang yang benar."
(QS. Yunus: 38)
Memang banyak pemimpin-pemimpin
dan ahli sastra Arab yang mencoba dan meniru al-Qur’an bahkan ada yang
mendakwahkan dirinya jadi Nabi seperti Musailamah Al-Kazzab, Thulaihah,
Habalah bin Ka’ab dan lain-lain. Tetapi mereka semua hanya meneumi
kegagalan, bahkan mendapat cemooh dan hinaan dari masyarakat. Sebagai contoh
seperti kata-kata Musailamah Al-Kazzab yang dianggapnya dapat menandingi
sebagiaan ayat-ayat al-Qur’an:
Artinya: “Hai katak (kodok) anak dari dua katak. Bersihkanlah apa
apa yang akan engkau bersihkan, bagian atas engkau diair dan bagian bawah
engkau di tanah”
Seseorang
sastrawan Arab yang termahsyur, yaitu Al-Jahidz telah memberikan penilaian atas
gubahan Musailamah ini dalam bukunya “Al-Hayawan” sebagai berikut: “saya
tidak mengerti apakah gerangan yang menggerakan jiwa Musailamah menyebut
(kodok) dan sebagainya itu. Alangkah kotornya gubahan yang dikatakannya sebagai
ayat Al-Qur’an itu yang turun kepadanya sebagai wahyu.”[8]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Mukjizat adalah sesuatu yang luar biasa, yang ajaib (menakjubkan
dan megherankan) karena orang atau pihak lain tidak ada yang sanggup menandingi
atau menyamai sesuatu itu. Mukjizat terbagi menjadi dua macam, yaitu mukjizat hissiyah
dan mukjizat aqliyah. Mukjizat hissiyah berarti yang bisa
ditangkap oleh panca indera manusia, mukjizat aqliyah adalah mukjizat
yang hanya bisa ditangkap oleh akal atau nalar manusia. Unsur pokok mukjizat
yaitu: pertama, mukjizat ialah harus menyalahi tradisi atau
adat-kebiasaan (khariqun lil’adah). Kedua, mukjizat ialah bahwa harus
dibarengi dengan perlawanan yang seimbang. Dan ketiga, mukjizat ialah
bahwa mukjizat itu setelah dilakukan perlawanan terhadapnya, ternyata tidak
terkalahkan selama-lamanya.
Kemukjizatan
Al-Qur’an tidak terbatas pada keseluruhan/kesatuan dan isi kandungannya
semata-mata; akan tetapi,juga terletak pada aspek kebahasaan, rangkaian
penyusunan, bagian demi bagian, dan lain sebagainya. Dengan demikian,
kemukjizatan Al-Qur’an terletak pada aspeknya yang manapun secara
sendiri-sendiri dan lebih-lebih pada kesatuannya secara keseluruhan.
Dengan mempelajari i’jaz al-Qur’an akan semakin menambah
keimanan kita, semakin memperkaya khazanah keilmuan, menjaga kebenaran
Al-Qur’an, dan membuktikan kebenaran Al-Qur’an pada musuh-musuh Islam yang
memandang remeh Al-Qur’an. Bahkan, banyak juga orang masuk Islam setelah
mengetahui i’jaz al-Qur’an.
DAFTAR PUSTAKA
Amin
Suma, Muhammad, Ulumul Qur’an, Jakarta: Rajawali Pers, 2013.
Gufron,
Mohamad, Rahmawati, Ulumul Qur’an. Yogyakarta: Teras, t.t.
Syadili, Ahmad, dkk, Ulumul Qur’an II, Bandung: CV. PUSTAKA
SETIA, cetakan 1, Juni 1997.
[1]Muhammad Amin
Suma, Ulumul Qur’an, Jakarta: PT. Rajawali Pers, 2013. Hal. 168.
[2]Ahmad Syadali,
Ahmad Rofi’i, Ulumul Quran II, Bandung: CV. PUSTAKA SETIA, cet 1, juni
1997, hal. 9.
[3]Muhammad Amin
Suma, op.cit., hal. 155.
[4]Muhammah Amin
Suma, op.cit., hal. 156-157.
[5]Ar-Rum : 1-2.
[6]Al-Fath : 27.
[7]Ahmad Syadali,
Ahmad Rofi’i, op.cit, hal. 17.
[8]Ahmad Syadili,
Ahmad Rofi’i, op.cit., hal. 16-20.
0 komentar:
Posting Komentar