Minggu, 20 Maret 2016

Jabariyah dan Qadariyah

Diposting oleh Mukaramah di 21.00


Makalah Kelompok II
JABARIYAH DAN QADARIYAH
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas
Mata Kuliah: Teologi Islam
Dosen: DR. H. KHAIRIL ANWAR


 



Disusun oleh

MUKARAMAH
NIM: 1504120424
TUTI SAFRIANI
NIM: 1504120438
YULYNAR ANYC.R.
NIM:1504120452


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKARAYA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
JURUSAN EKONOMI ISLAM
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
TAHUN 2016



KATA PENGANTAR
                                                                                  
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan hidayah, inayah dan rahmat-Nya, sehingga penyusunan makalah ini selesai dengan baik dan tepat waktu. Karena tanpa pertolongan-Nya kami selaku penyusun tidak akan mampu menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa semoga tercurahkan selalu shalawat serta salam kepada manusia termulia yakni baginda Rasulullah Muhammad SAW yang berkat usaha kerja kerasnya kita dipersatukan dalam persaudaraan yang lurus lagi benar dan semoga kita selaku ummatnya selalu dalam jalan-Nya dan mengikuti jalan Nabi Muhammad SAW.
Dalam pembuatan makalah ini kami tidak begitu mendapat banyak kesulitan karena adanya saran dari berbagai pihak tentang pembuatannya. Namun, tidak menutup kemungkinan makalah ini masih jauh dari sempurna dan banyak kekurangan, baik dari penulisan, ejaan dan sebagainya. Oleh karenanya, kami sangat mengharapkan dengan lapang dada, kritik dan saran yang bersifat membangun.
Akhirnya, kami selaku penyusun mengucapkan terima kasih kepada Bapak DR.H.KHAIRIL ANWAR. yang telah memberikan tugas dan bimbingannya kepada kami, yang mana ini akan membantu kami agar terbiasa dalam pembuatan makalah. Tidak lupa kami ucapkan pula terima kasih kepada seluruh pihak yang telah memberikan bantuannya sehingga kami mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik.



BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Dalam berbagai disiplin ilmu keIslaman, Ilmu Kalam merupakan suatu objek pembahasan yang mendapat sorotan dan menjadi perdebatan dikalangan ulama dikarenakan pemikiran mereka yang beragam. Namun dibalik semua itu kita sebagai manusia yang dianugrahi akal sebagai instrumen berpikir oleh Allah tidak sepatuhnyalah kita saling bercerai berai karena perbedaan yang lahir dari kita sendiri. Untuk itu kami disini sebagai yang diamanati tugas oleh dosen akan mencoba menjelaskan tentang dua aliran besar yaitu Jabariyah dan Qadariyah, dimana keduanya membahas masalah perbuatan manusia, namun punya perbedaan dalam penentuan hasil dari perbuatan itu, apakah manusia punya kebebasan sepenuhnya atau ada campur tangan Tuhan.
Secara umum bahwa adapun Qadariyah menganggap bahwa dalam berbuat manusia mempunyai Qudrah atas kehendak bebas tanpa campur tangan Tuhan. Sedangkan Jabariyah justru sebaliknya dari aliran Qadariyah yakni mengatakan bahwa manusia tidak mempunyai kemampuan untuk mewujudkan perbuatannya, dan tidak memiliki kemampuan untuk memilih. Untuk itu kami akan mencoba menjelaskan pada pembahasan kami berikutnya.

B.  Rumusan Masalah
1.    Apa pengertian aliran Jabariyah dan Qadariyah?
2.    Bagaimana ajaran dan perkembangan aliran Jabariyah dan Qadariyah?
3.    Apa saja ciri-ciri kedua aliran tersebut?
4.    Siapa saja pemuka aliran tersebut?
5.    Apa saja dalil yang dijadikan sumber oleh kedua aliran tersebut?
6.    Bagaimana analisis tim penulis terhadap kedua aliran tersebut?

C.  Tujuan Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan makalah ini agar mahasiswa:
1.   Mengetahui dan memahami pengertian aliran Jabariyah dan Qadariyah.
2.   Mengetahui dan memahami ajaran dan perkembangan aliran tersebut.
3.   Mengetahui ciri-ciri kedua aliran tersebut.
4.   Mengetahui para pemuka aliran tersebut.
5.   Mengetahui dalil-dalil yang dijadikan sumber oleh kedua aliran tersebut.
6.   Mengetahui analisis tim penulis terhadap kedua aliran tersebut.

D.  Metode Penulisan
    1. Metode kepustakaan (library Research),
2. Metode penulisan internet (web search).




BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Jabariyah dan Qadariyah
       Secara etimologi kata Jabariyah berasal dari kata Jabara yang berarti memaksa.[1] Kalau dikatakan Allah mempunyai sifat Al-Jabbar (dalam bentuk mubalaghah), yang artinya Allah Maha Memaksa. Ungkapan al-insan majbur mempunyai arti bahwa manusia dipaksa atau terpaksa.[2] Lebih lanjut Syahratsani menegaskan bahwa paham al-Jabar berarti menghilangkan perbuatan manusia dalam arti sesungguhnya dan menyandarkannya kepada Allah SWT. Dengan kata lain, manusia mengerjakan perbuatannya dalam keadan terpaksa. Dalam bahasa Inggris, Jabariyah disebut fatalism atau predestination, yaitu paham yang menyebutkan bahwa perbuatan manusia telah ditentukan dari semula oleh qadha dan qadar Tuhan.[3]
       Secara etimologi Qadariyah berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata qadara yang artinya kemampuan dan kekuatan. Adapun terminologi, Qadariyah adalah suatu aliran yang mempercayai bahwa segala tindakan manusia tidak diintervensi  oleh Allah SWT. Aliran ini berpendapat tiap-tiap orang adalah pencipta  bagi segala perbuatannya, ia dapat berbuat sesuatu atau meninggalkanya atas kehendaknya sendiri. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dipahami bahwa qadariyah dipakai untuk nama suatu aliran yang memberi penekanan atas kebebasan dan kekuatan manusia dalam mewujudkan perbuatan-perbuatannya.[4]

B.  Ajaran-ajaran dan perkembangan Jabariyah dan Qadariyah
1.    Ajaran dan Perkembangan Jabariyah
Menurut Asy-syahratsani Jabariah dikelompokan menjadi dua yaitu ekstrim (murni) dan moderat. Ajaran Jabariyah ekstrim adalah bahwa segala perbuatan manusia bukan merupakan perbuatan yang timbul dari kemauannya sendri, melainkan perbuatan yang sudah ditakdirkan Tuhan dan dipaksakan atas dirinya. Sedangkan ajaran Jabariyah moderat adalah bahwa Tuhan menciptakan perbuatan manusia, baik perbuatan jahat maupun perbuatan baik, tetapi manusia mempunyai bagian di dalamnya.[5] Dalam aliran Jabariyah manusia dianggap sangat lemah tak berdaya terikat dengan kekuasaan dan setiap perbuatannya mutlak kehendak Tuhan, dan manusia tidak mempunyai kehendak dan kemauan bebas sebagaimana dimiliki paham Qadariyah.
Berkaitan dengan kemunculan aliran Jabariyah, ada yang mengatakan bahwa kemunculannya diakibatkan oleh pengaruh pemikiran asing, yaitu pengaruh agama Yahudi bermazhab qurra dan agama Kristen bermazhab yacobit. Namun tanpa pengaruh asing itu, paham aljabar akan muncul juga dikalangan umat islam. Paham aljabar pertama kali diperkenalkan oleh Za’d bin Dirham kemudian disebarkan oleh Zahm bin Shafwan dari Khurasan. Namun, dalam perkembangannya, paham aljabar juga dikembangkan oleh tokoh lainnya diantaranya Al-husain bin Muhammad An-Najjar dan Za’d bin Dirrar. Kemunculan paham Aljabar ini ahli sejarah juga mengkajinya melalui pendekatan geokultural bangsa Arab. Di antara ahli yang dimaksud adalah Ahmad Amin ia menggambarkan bahwa kehidupan bangsa Arab yang dikumkum oleh gurun pasir sahara memberikan pengaruh besar kedalam hidup mereka. Ketergantungan mereka kepada alam sahara yang ganas telah memunculkan sikap penyerahan diri terhadap alam.[6] Sebenarnya bibit paham Aljabar telah muncul sejak awal periode Islam jauh sebelum kedua tokoh diatas. Namun Aljabar sebagai satu pola pikir atau aliran yang dianut, dipelajari dan dikembangkan pada masa pemerintahan Daulah Bani Umayah. Peristiwa sejarah tersebut seperti berikut ini:
a.    Suatu ketika Nabi menjumpai sahabatnya yang sedang bertengkar dalam masalah takdir Tuhan. Nabi melarang mereka untuk memperdebatkan masalah tersebut, agar terhindar dari kekeliruan penafsiran tentang ayat-ayat Tuhan tentang mengenai takdir.[7]
b.    Khalifah Umar bin Khaththab pernah menangkap seorang yang ketahuan mencuri. Ketika diinterogasi, pencuri itu berkata “Tuhan telah menentukan aku mencuri.” Mendengar ucapan itu Umar marah sekali dan mengganggap orang itu telah berdusta kepada Tuhan. Oleh karena itu, Umar memberikan dua jenis hukuman kepada pencuri itu. Pertama, hukuman potong tangan, karena mencuri. Kedua, hukaman denda karena menggunakan dalil takdir Tuhan.[8]
2.    Ajaran dan Perkembangan Qodariyah
Ada pendapat yang mengatakan bahwa yang mengembangkan ajaran-ajaran Qadariyah itu bukan Ma’bad al-Juhni. Tetapi seoarang penduduk negeri Irak, yang mulanya beragama Kristen kemudian masuk Islam, namun akhirnya kembali ke Kristen lagi. Dari orang inilah, Ma’bad al-Juhni dan Gailan ad-Damasqi mengambil pemikirannya. Mereka sulit diketahui aliran-alirannya. Karena mereka dalam segi tertentu mempunyai kesamaan ajaran dengan Mu’tazilah dan dalam segi yang lain mempunyai kesamaan ajaran dengan Murji’ah, sehingga disebut Murji’atul Qadariyah. Tokoh-tokohnya adalah Abi Syamr, Ibnu Syahib, Gailan ad-Damasqi, dan Saleh Qubbah.[9]
Kaum Qadariyah berpendapat bahwa tidak ada alasan yang tepat untuk menyandarkan segala perbuatan manusia kepada takdir Allah. Umpamanya ada orang berkata:
1.      Bagaimanapun juga yang menentukan berhasil atau tidaknya suatu pekerjaan adalah manusia itu sendiri.
2.      Allah tidak akan mengubah nasib seseorang jika bukan manusia itu sendiri yang merubahnya.
3.      Perbuatan manusia itu dibuat oleh manusia itu sendiri. Ini adalah paham dan i’tikat dari golongan Qadariyah.[10]

C.  Dalil yang Dijadikan Sumber Dalam Ajaran Jabariyah dan Qadariyah
Dalil-dalil yang dijadikan sumber oleh kedua aliran tersebut diantaranya:
1.    Ayat-ayat yang menegaskan aliran Jabariyah adalah:
Artinya:
“Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Anfal: 17)
Artinya:
tetapi kamu tidak mampu (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksan.” (QS. AL-Insan: 30)
2.    Adapun ayat-ayat yang mendukung aliran Qadariyah adalah:
Artinya:
“dan katakanlah: “kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; Maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah kafir”. Sesungguhnya kami telah sediakan bagi orang-orang dzalim itu neraka, yang gejolaknya menegepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling burk dan tempat istirahat yang paling jelek.” (QS. Al-Kahfi: 29)
Artinya:
“Barangsiapa yang mengerjakan dosa, maka sesungguhnya ia mengerjakannya untuk (kemudaratan) dirinya sendiri. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. An-Nisa: 111).

D.    Pemuka Aliran Jabariyah dan Qadariyah
1.      Jabariyah
Menurut Asy-Syahratsani Jabariyah dapat dikelompokan menjadi dua bagian yaitu ekstrim dan moderat. Diantara pemuka jabariyah ekstrim adalah:
a.       Jahm bin Shofwan, nama lengkaapnya adalah Abu Mahrus Jahm bin Shofwan. Ia berasal dari Khurasan, bertempat tinggal Khufah, ia seorang da’i yang fasih dan lincah, ia menjabat sebagai sekertaris Harits bin Surais seoarang mawali yang menentang pemerintah Bani Umayyah di Khurasan ia ditawan, kemudian dibunuh secara politis tanpa ada kaiatannya dengan agama.
b.      Ja’ad bin Dirham, adalah seorang Maulana Bani Hakim, tinggal di Damaskus. Ia dibesarkan di dalam lingkungan orang Kristen yang senang membicarakan teologi. Semula ia dipercaya untuk mengajar di lingkungan pemerintah Bani Umayyah, tetapi setelah tampak pemikiran-pemikirannya yang kontroversial, Bani Umayyah menolaknya. Kemudian al-Ja’d lari ke Khufah dan disana ia bertemu dengan Jahm serta mentransfer pikirannya kepada Jahm untuk dikembangkan dan disebarluaskan.
Yang termasuk tokoh Jabariyah Moderat adalah:
a.       An-Najjar, nama lengkapnya adalah Husain bin Muhammad an-Najjar (wafat 230 H). Para pengikutnya disebut an-Najjariyah atau al-Husainiyyah.
b.      Adh-Dhirar, nama lengkapnya adalah Dhirar bin Amr. Pendapatnya tentang perbuatan manusia sama dengan An-Najjar sehingga ia tegolong kaum Jabariyah Moderat.[11]
2.      Qadariyah
a.       Ma’bad al-Jauhani, berasal dari suku Juhaya. Hanya sedikit yang dapat diketahui tentang dirinya, persoalan yang aktual bahwa Ma’bad bergabung dengan pemberontakan Ibnu al-Asy’ath (gubernur Sajistan) pada tahun 701 bersama dengan orang yang memiliki pandangan sama dengannya. Karena keterlibatannya dalam pemberontakkan, Ma’bad dieksekusi (dihukum mati) kira-kira pada tahun 704. Persoalan yang paling menarik mengenai Ma’bad bahwa ia memperoleh reputasi sebagai orang pertama yang mendiskusikan persoalan qadar Allah Swt.
b.      Ghailan ad-Dimasyqi, nama lengkapnya Abu Marwan Ghailan Ibnu Muslim al-Qibti ad-Dimasyqi memiliki posisi sebagai sekretaris dalam administrasi pemerintahan Umayyah di Damaskus. Perlawanan Ghailan terhadap pemerintahan Bani Umayyah termanifestasi pada awal masa kekuasan Umar bin Abdul Aziz II dikatakan bahwa ia telah menulis surat terhadap khalifah dengan nada kritis hal inilah yang mungkin mendorongnya untuk membawa perubahan-perubahan tertentu.[12]

E.   Analisis tim penulis terhadap Aliran Jabariyah dan Qadariyah
Menurut kami aliran Jabariyah dan Qadariyah sangatlah bertolak belakang. Aliran Jabariyah berkeyakinan setiap perbuatan manusia pasti berasal dari Tuhan manusia tidak mempnyai kekuasaan apa-apa, tidak mempunyai pilihan dalam bertindak. Dengan demikian manusia tidak mempunyai kekuasaan bagi dirinya sendiri, perbuatan-perbuatan diciptakan dari tuhan.
Sedangkan aliran Qadariyah berkeyakinan bahwa setiap orang adalah pencipta bagi segala perbuatannya ia dapat berbuat sesuatu atau meninggalkannya atas kehendaknya sendiri. Dengan demikian kaum Qadariyah menolak adanya Qadha dan Qadar Allah Swt.


BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
1.      Jabariyah yaitu paham yang menyebutkan bahwaperbuatan manusia telah ditentukan dari semula oleh qadha dan qadar Tuhan.
2.      Qadariyah adalah suatu aliran yang mempercayai bahwa segala tindakan manusia tidak diintervensi oleh Allah swt.
3.      Ajaran dan perkembangan aliran Jabariyah dan Qadariyah:
a.       Menurut Asy-Syahratsani Jabariyah dibedakan menjadi 2, yaitu ekstrim dan moderat.
b.      Kaum Qadariyah berpendapat bahwa tidak ada alasan yang tepat untuk menyandarkan segala perbuatan manusia kepada takdir Allah.
4.      Dalil yang dijadikan sumber dalam ajaran Jabariyah dan Qadariyah adalah:
a.       Jabariyah:
·  (QS. Al-Anfal: 17)
·  (QS. Al-Insan: 30)
b.      Qadariyah:
·  (QS. Al-Kahfi: 29)
·  (QS. An-Nisa: 111)
5.      Pemuka aliran Jabariyah dan Qadariyah yaitu:
a.       Jabariyah: Jahm bin Shofwan dan Ja’d bin Dirham (Ekstrim). An-Najjar dan Adh-Dhirar (Moderat)
b.      Qadariyah: Ma’bad al-Jahani dan Ghailan ad-Dimasyqi
6.      Analisis, kita tahu bahwa kedua aliran tersebut sangat bertolak belakang sehingga sangat susah untuk disatukan karena mereka mempunyai ideologi dan pemahaman yang berbeda tentang kepercayaan mereka. Secara haqiqi manusia diciptakan untuk beribadah kepada-Nya namun kita diperkenankan untuk memilih sesuai dengan kepercayaan dan pemahaman kita. Untuk itu kita harus saling bertoleransi terhadap perbedaan.




DAFTAR PUSTAKA
A.  Buku
Dahlan, Aziz, Sejarah Perkembangan Pemikiran Dalam Islam, Jakarta: Beuneuubi Cipta, 1987.
Nasir, Sahilun A, Pemikiran Kalam (Teologi Islam), Jakarta: Rajawali Pers, 2010.
Nasution, Harun, Teologi Islam (Aliran-aliran Sejarah Analisis Perbandingan), Jakarta: Universitas Indonesia Pers, 2010.
Rochimah, Annisa dkk, Makalah Jabariyah dan Qadariyah, Palangka Raya: IAIN Palangka Raya, 2013.
Rozak, Abdul dan Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, Bandung: Pustaka Setia, 2003.
Wiyani, Novan Ardy, Ilmu Kalam, Bumiayu: Teras, 2013.

B.  Internet



[1]Novan Ardy Wiyani, Ilmu Kalam, Bumiayu: Teras, 2013, hlm . 71.
[2]Abdul Rozak, Rosihan Anwar, Ilmu Kalam, Bandung, Pustaka Setia, 2003, hlm. 63.
[3] Novan Ardy Wiyani, op. cit, hlm: 71-72.
[4] Abdul Rozak, op. cit, hlm: 73.
[5] Rochimah, Annisa dkk, Makalah Jabariyah dan Qadariyah, Palangka Raya: IAIN Palangka Raya, 2013.
[6]Abdul Rozak, Rosihan Anwar, op. cit, hlm. 64.
[7]Aziz Dahlan, Sejarah Perkembangan Pemikiran Dalam Islam, Jakarta: Beuneuubi Cipta, 1987, hlm. 27-29.
[8]Ibid, hlm. 29.
[9]Sahilun A. Nasir, Pemikiran Kalam (Teologi Islam), Jakarta: Rajawali Pers, 2010, hlm. 141.
[11]Novan Ardy Wiyani, op. cit, hlm. 74-77.
[12]Ibid, hlm. 77-79.



0 komentar:

 

Kumpulan Makalah, Artikel, dan Karya Tulis Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea