Minggu, 10 April 2016

Perkembangan Ilmu Pengetahuan

Diposting oleh Mukaramah di 12.30
Makalah Kelompok III
PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas
Mata Kuliah : Filsafat Ilmu
Dosen : Sofyan Hakim, SE.MM

 

 Disusun Oleh

AKHMADI
NIM. 1504120426
MUHAMMAD SYARIF
NIM. 150 412 0435
NURJANNAH
NIM.1504120432
LAILA MAGFIROH
NIM.1504120436
MUKARAMAH
NIM.1504120424


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARI’AH
TAHUN 2016 M / 1437 H


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb
            Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat, karunia, serta taufik hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah FILSAFAT ILMU. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang kita harapkan syafaat karunia-Nya.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada bapak SOFYAN HAKIM,SE,MM. Selaku dosen pembimbing mata kuliah “FILSAFAT ILMU” dan juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Penulisan makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas guna lebih mengetahui dan memahami ayat tentang Sejarah Perkembangan Ilmu.
            Kami juga menyadari dalam pembuatan makalah ini masih terdapat kekurangan baik dari segi penulisan, pemilihan kata, kerapian, dan isi. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun, guna kesempurnaan makalah ini dalam berbagai hal untuk kedepannya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb


BAB II
PEMBAHASAN
A.  Pengertian Filsafat
Kata filsafat yang dalam bahasa Arab falsafah yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah philosophy, adalah berasal dari bahasa Yunani philosophia. Kata philosophia terdiri atas kata philein yang berarti cinta (love) dan sophia yang berarti kebijaksanaan (wisdom), sehingga secara etimologi filsafat berarti cinta kebijaksanaan (love of wisdom) dalam arti yang sedalam-dalamnya.[1] Menurut Mukhtar filsafat adalah telaah kefilsafatan yang mengandalkan penalaran atau logika dengan mengedepankan berpikir secara radic dan spekulatif. Filsafat tidak melakukan pengujian secara empiris seperti halnya ilmu pengetahuan, tetapi telaah filsafat kebenarannya persis seperti halnya ilmu pengetahuan karena dia memiliki kriteria dan karakter berfikir tertentu.[2] Pada prinsipnya bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan sungguh-sungguh, sehingga mencapai hakikat segala situasi tersebut.[3]
B.  Perkembangan Ilmu Pengetahuan
1.      Zaman Purba (15 SM-7 SM)
a.    Pra sejarah
Zaman ini ditandai dengan pengetahuan apa dan bagaimana (Knowhow), yang diperoleh manusia melalui:
1)      Kemampuan mengamati.
2)      Kemampuan membeda-bedakan.
3)      Kemampuan memilih.
4)      Kemampuan melakukan percobaan berdasarkan prinsip trial and error.
Kemampuan atau keterampilan untuk dapat melakukan sesuatu hal “knowhow of doing thing”dikenal dengan teknologi. Saat ini teknologi diartikan “knowhow of doing thing better and professionally”artinya melakukan sesuatu hal yang menjadikan lebih baik dan dilakukan secara professional. Abad 12 pengetahuan teknologi juga mengalami evolusi menjadi “knowhow of doing thing better, professionslly and produce”......high quality product or services”.
b.    Masa sejarah
Manusia mulai memiliki kemampuan membaca, menulis dan berhitung. Manusia sebagai makhluk yang berpikir atau bernalar (Homo Sapiens). Ciri kemampuan masa ini anatra lain adalah:
1)   Fungsi kontrol dan pengendalian alam, seperti fenomena pertanian, peternakan, perburuan yang efektif.
2)   Fungsi imajinasi sebagai realisasi daya kreasi manusia, seperti pembuatan patung dan perhiasan dengan niali artistik (gambar binatang di gua-gua).
3)   Sikap mental dan penalaran yang reseptif dan empiris (apa adanya: pasif reseptif). Fakta-fakta hanya diolah sekadarnya, yang mungkin dilakukan tanpa suatu tujuan yang jelas dan tertentu.       
2.      Zaman  Penyelidikan/ penalaran; 7 SM - 6 M (Yunani)
       Bangsa Yunani merupakan bangsa yang pertama kali berusaha menggunakan akal untuk berpikir. Kegemaran bangsa Yunani merantau secara tidak langsung menjadi sebab meluasnya tradisi berpikir bebas yang dimiliki bangsa Yunani. Kebebasan berpikir Yunani disebabkan sebelumnya tidak pernah ada agama yang didasarkan pada kitab suci.[4] Pada waktu ini terjadi perubahan pola pikir manusia dari mitosentris menjadi logosentris. Pola pikir mitosentris adalah pola pikir masyarakat yang sangat mengandalkan mitos untuk menjelaskan fenomena alam, seperti gempa bumi dan pelangi. Gempa bumi tidak dianggap fenomena alam biasa, tetapi Dewa Bumi yang sedang menggoyangkan kepalanya. Namun, ketika filsafat diperkenalkan, fenomena alam tersebut tidak lagi dianggap sebagai aktivitas dewa, tetapi aktivitas alam yang terjadi secara kausalitas. Perubahan pola pikir tersebut membuat alam yang dulunya ditakuti dan dijauhi kemudian didekati dan dieksploitasi, membuat manusia yang dulunya pasif dalam menghadapi fenomena alam menjadi lebih proaktif dan kreatif, sehingga alam dijadikan objek penelitian dan pengkajian.[5]
3.      Zaman Pertengahan (7-14 M)
Pengertian umum tentang zaman pertengahan yang berkaitan dengan perkembangan pengetahuan ialah suatu periode panjang yang dimulai dari jatuhnya kekaisaran Romawi Barat tahun 476 M hingga timbulnya Renaissance di Italia. Zaman pertengahan (Middle Age) ditandai dengan pengaruh yang cukup besar dari agama Katolik terhadap kekaisaran dan perkembangan kebudayaan pada saat itu. Pada umumnya orang Romawi sibuk dengan masalah keagamaan tanpa memperhatikan masalah duniawi dan ilmu pengetahuan. Para ilmuwan pada masa itu yang tampil dalam ilmu pengetahuan adalah para teolog sehingga  aktivitas ilmiah terkait dengan aktivitas keagamaan. Menjelang berakhirnya abad pertengahan, ada beberapa kemajuan yang tampak dalam masyarakat yang berupa penemuan-penemuan, seperti pembaruan penggunaan bajak yang dapat mengurangi penggunaan energi petani, kincir angin mulai digunakan untuk menggiling jagung, pembaruan dalam bidang perkapalan dan navigasi pelayaran, kompas mulai digunakan di Eropa, keterampilan dalam membuat tekstil dan pengolahan kulit memperoleh kemajuan setelah orang mengenal alat pemintal kapas, dan keterampilan penting lain pada masa akhir abad tengah adalah keterampilan dalam pembuatan kertas serta telah mengenal percetakan dan bahan peledak.[6] 

4.      Zaman Renaissance (15-16 M)
           Zaman ini ditandai dengan berbagai pengetahuan dalam bidang ilmiah, serta filsafat dari berbagai aliran muncul. Pada dasarnya corak secara keseluruhan bercorak sufisme Yunani. Paham – paham yang muncul dalam garis besarnya adalah Rasionalisme, Idealisme, dan Empirisme. Paham Rasionalisme mengajarkan bahwa akal itulah alat terpenting dalam memperoleh dan menguji pengetahuan. Ada tiga tokoh penting pendukung rasionalisme ini, yaitu Descartes, Spinoza, dan Leibniz. Sedangkan aliran Idealisme mengajarkan hakekat fisik adalah jiwa, spirit. Ide ini merupakan ide Plato yang memberikan jalan untuk memperlajari paham idealisme zaman modern. Pada Paham Empirisme mengajarkan bahwa tidak ada sesuatu dalam pikiran kita selain didahului oleh pengalaman. ini bertolak belakang dengan paham rasionalisme. Mereka menentang para penganut rasionalisme yang berdasarkan atas kepastian-kepastian yang bersifat apriori. Pelopor aliran ini adalah Thomas Hobes Jonh locke,dan David Hume.
       Zaman Renaissance ialah zaman peralihan ketika kebudayaan abad tengah mulai berubah menjadi suatu kebudayan modern. Manusia kembali merindukan otonomi pemikiran yang bebas seperti zaman Yunani Kuno. Manusia saat ini disebut sebagai animal rationale, karena pada masa tersebut pemikiran manusia mulai bebas dan berkembang. Manusia ingin mencapai kemajuan atas hasil usaha sendiri, tidak didasarkan atas campur tangan Ilahi (kelompok sekuler). Zaman ini muncul pengelompokan ilmu alam atau fisika dengan tokoh-tokohnya Galileo dan Newton.[7]
5.      Zaman Modern (17-19 M)
       Tokoh yang dikenal sebagai bapak filsafat modern adalah Rene Descartes (1598-1650), Isaaac Newton (1643-1727). Mereka telah mewariskan suatu metode berpikir yang menjadi landasan berpikir dalam ilmu pengetahuan modern. Rene Decrates mewariskan suatu metode berpikir yang menjadi landasan berpikir ilmu pengetahuan modern, yaitu:
a.       Tidak menerima apapun sebagi hal yang benar, kecuali untuk diyakini sendiri bahwa itu memang benar.
b.      Memilah-milah masah menjadi bagian-bagian terkecil untuk mempermudah penyelesaian (analisis).
c.       Berpikir runtut dengan mulai dari hal yang sederhana sedikit demi sedikit untuk sampai ke hal yang paling rumit.
d.      Perincian yang lengkap dan pemeriksaan menyeluruh diperlukan supaya tidak ada yang terlupakan.
Pada zaman ini Auguste Conte dalam Suryasumantri, 1982. Membagi tiga tingkat perkembangan pengetahuan yaitu pertama: tahap religius, kedua: tahap metafisik dan ketiga: tahap positif. Tahap pertama menekan asas religi sebagai  postulat ilmiah, sehingga ilmu merupakan deduksi dan penjabaran dari ajaran religi. Tahap kedua orang mulai berspekulasi tentang metafisik (keberadaan) wujud yang menjadi objek penelaahan yang terbebas dari dogma religi dan mengembangkan sistem pengetahuan di atas dasar postulat metafisik. Tahap ketiga adalah tahap pengetahuan ilmiah (ilmu) di mana asas-asas yang dipergunakan diuji secara positif dalam proses verifikatif yang objektif. [8] Perlu diketahui pula pada zaman ini terjadi revolusi Industri di Inggris, sebagai akibat peralihan masyarakat agraris dan perdagangan abad pertengahan ke masyarakat industri modern dan perdagangan maju. Pada abad inilah James Watt menemukan mesin uap (abad ke-18), alat tenun dan Inggris menjadi penghasil tekstil terbesar, kemudian diikuti Amerika Serikat dan Jepang menjadi negara industri.[9]
6.      Zaman Kontemporer (abad ke 20 - sekarang )
       Yang dimaksud Zaman kontemporer dalam konteks ini adalah era tahun-tahun terakhir yang kita jalani hingga saat sekarang ini. Hal yang membedakan pengamatan tentang ilmu di zaman modern dengan zaman kontemporer adalah bahwa zaman modern adalah era perkembangan ilmu yang berawal sejak abad ke-15, sedangkan zaman kontemporer memfokuskan sorotannya pada berbagai perkembangan terakhir yang terjadi hingga saat sekarang.[10] Zaman ini dikenal seorang ahli fisika yaitu Albert Einstein. Ia menyatakan bahwa alam itu tak terhingga besarnya dan tak terbatas, tetapi status totalitasnya bersifat statis dari waktu ke waktu (kekekalan negri). Namun pada tahun 1929 seorong fisikawi lainnya yaitu Hublle yang menggunakan teropong bintang terbesar di dunia melihat galaksi di sekeliling kita, tampak menjauh galaksi kita dengan kelajuan yang sebanding dengan jaraknya bumi. Observasi ini menunjukan bahwa alam tidak statis. Pada zaman ini ilmu berkembang cepat dan makin sempit serta mendalam. Ilmu kedokteran semakin berkembang menuju spesialis dan superspesialis. Namun, juga muncul sintesis dari berbagi ilmu seperti Bioteknologi, Psiko-linguistik, Bio-farmako-neurologi. Kemajuan teknologi informasi dan fisika sangat menentukan perkembangan pengetahuan.[11] Begitulah perkembangan ilmu di zaman kontemporer meliputi hampir seluruh bidang ilmu dan teknologi, ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, antropologi, psikologi, ekonomi, hukum dan politik, serta ilmu-ilmu eksakta seperti fisika, kimia, dan biologi, serta aplikasi-aplikasinya di bidang teknologi rekayasa genetika, informasi dan komunikasi, dan lain-lain.[12]

 
BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
1.    filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan sungguh-sungguh, sehingga mencapai hakikat segala situasi tersebut.
2.    Zaman purba terbagi menjadi dua, yaitu pada masa pra-sejarah dan zaman sejarah. Pada masa pra-sejarah manusia sudah mempunyai kemampuan mengamati, Kemampuan membeda-bedakan dan Kemampuan memilih. Sedangkan di masa sejarah manusia mulai memiliki kemampuan membaca, menulis dan berhitung.
3.    Zaman Yunani, pada waktu ini terjadi perubahan pola pikir manusia dari mitosentris menjadi logosentris. Pola pikir mitosentris adalah pola pikir masyarakat yang sangat mengandalkan mitos untuk menjelaskan fenomena alam
4.    Zaman pertengahan, ditandai dengan beberapa kemajuan yang tampak dalam masyarakat yang berupa penemuan-penemuan, seperti pembaruan penggunaan bajak yang dapat mengurangi penggunaan energi petani, kincir angin mulai digunakan untuk menggiling jagung, pembaruan dalam bidang perkapalan dan navigasi pelayaran, kompas mulai digunakan di Eropa, keterampilan dalam membuat tekstil dan pengolahan kulit memperoleh kemajuan setelah orang mengenal alat pemintal kapas, dan lain-lain.
5.    Zaman rennaisance ditandai dengan berbagai pengetahuan dalam bidang ilmiah, serta filsafat dari berbagai aliran muncul.
6.    Zaman modern ditandai dengan terjadinya revolusi Industri di Inggris, sebagai akibat peralihan masyarakat agraris dan perdagangan abad pertengahan ke masyarakat industri modern dan perdagangan maju.
7.    Zaman kontemporer meliputi hampir seluruh bidang ilmu dan teknologi, ilmu-ilmu sosial, ilmu-ilmu eksakta, serta aplikasi-aplikasinya di bidang teknologi rekayasa genetika, informasi dan komunikasi, dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA

Bakhtiar,  Amsal, Filsafat Ilmu, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006.
Mukhtar, Orientasi Ke Arah Pemeahaman Filsafat Ilmu, Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2014.
Sudarsono, Ilmu Filsafat: Suatu Pengantar¸Jakarta: Rineka Cipta, 2008.
Surajiyo,  Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia, Jakarta: PT Bumi aksara, 2010.
Supriyanto, Stefanus,  Filsafat Ilmu, Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2013.

 
  



[1]Surajiyo, Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia, Jakarta: PT Bumi aksara, Ed. 1, Cet. 5, 2010, hlm. 3.
[2] Mukhtar, Orientasi Ke Arah Pemeahaman Filsafat Ilmu, ( Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2014), hal. 43.
[3]Sudarsono, Ilmu Filsafat: Suatu Pengantar¸Jakarta: Rineka Cipta, cet. 2, 2008, hlm. 12.
[4]Mukhtar, Orientasi Ke Arah Pemeahaman Filsafat Ilmu, ( Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2014), hal. 45
[5]Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006, hlm.21.
[8]Stefanus Supriyanto, Filsafat Ilmu, Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2013, hlm 3-16.
[9]Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu... hlm. 62.
[10]Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu... hlm. 68.
[11] Stefanus Supriyanto, Filsafat Ilmu, Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2013, hlm 3-16.
[12]Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu... hlm. 71.

0 komentar:

 

Kumpulan Makalah, Artikel, dan Karya Tulis Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea