Makalah Kelompok III
PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas
Mata Kuliah : Filsafat Ilmu
Dosen : Sofyan Hakim, SE.MM
Disusun
Oleh
AKHMADI
NIM. 1504120426
MUHAMMAD SYARIF
NIM. 150 412 0435
NURJANNAH
NIM.1504120432
LAILA MAGFIROH
LAILA MAGFIROH
NIM.1504120436
MUKARAMAH
NIM.1504120424
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARI’AH
TAHUN 2016 M / 1437 H
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.
Wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat
Allah SWT karena dengan rahmat, karunia, serta taufik hidayah-Nya lah kami
dapat menyelesaikan makalah FILSAFAT ILMU. Shalawat serta salam selalu
tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang kita harapkan syafaat
karunia-Nya.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada bapak SOFYAN
HAKIM,SE,MM. Selaku dosen pembimbing mata kuliah “FILSAFAT ILMU” dan juga tidak
lupa mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini. Penulisan makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas
guna lebih mengetahui dan memahami ayat tentang Sejarah Perkembangan Ilmu.
Kami
juga menyadari dalam pembuatan makalah ini masih terdapat kekurangan baik dari
segi penulisan, pemilihan kata, kerapian, dan isi. Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun, guna
kesempurnaan makalah ini dalam berbagai hal untuk kedepannya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Filsafat
Kata filsafat yang dalam bahasa Arab falsafah yang dalam
bahasa Inggris dikenal dengan istilah philosophy, adalah berasal dari
bahasa Yunani philosophia. Kata philosophia terdiri atas kata philein
yang berarti cinta (love) dan sophia yang berarti kebijaksanaan
(wisdom), sehingga secara etimologi filsafat berarti cinta kebijaksanaan
(love of wisdom) dalam arti yang sedalam-dalamnya.[1] Menurut
Mukhtar filsafat adalah telaah kefilsafatan yang mengandalkan penalaran atau
logika dengan mengedepankan berpikir secara radic dan spekulatif. Filsafat
tidak melakukan pengujian secara empiris seperti halnya ilmu pengetahuan,
tetapi telaah filsafat kebenarannya persis seperti halnya ilmu pengetahuan
karena dia memiliki kriteria dan karakter berfikir tertentu.[2] Pada
prinsipnya bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan
memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan sungguh-sungguh, sehingga
mencapai hakikat segala situasi tersebut.[3]
B. Perkembangan
Ilmu Pengetahuan
1.
Zaman Purba (15 SM-7 SM)
a.
Pra sejarah
Zaman ini ditandai dengan pengetahuan apa dan bagaimana (Knowhow),
yang diperoleh manusia melalui:
1)
Kemampuan mengamati.
2)
Kemampuan membeda-bedakan.
3)
Kemampuan memilih.
4)
Kemampuan melakukan percobaan berdasarkan prinsip trial and
error.
Kemampuan atau
keterampilan untuk dapat melakukan sesuatu hal “knowhow of doing thing”dikenal
dengan teknologi. Saat ini teknologi diartikan “knowhow of doing thing
better and professionally”artinya melakukan sesuatu hal yang menjadikan
lebih baik dan dilakukan secara professional. Abad 12 pengetahuan teknologi
juga mengalami evolusi menjadi “knowhow of doing thing better,
professionslly and produce”......high quality product or services”.
b.
Masa sejarah
Manusia mulai memiliki kemampuan membaca, menulis dan berhitung.
Manusia sebagai makhluk yang berpikir atau bernalar (Homo Sapiens). Ciri
kemampuan masa ini anatra lain adalah:
1)
Fungsi kontrol dan pengendalian alam, seperti fenomena pertanian,
peternakan, perburuan yang efektif.
2)
Fungsi imajinasi sebagai realisasi daya kreasi manusia, seperti
pembuatan patung dan perhiasan dengan niali artistik (gambar binatang di
gua-gua).
3)
Sikap mental dan penalaran yang reseptif dan empiris (apa adanya:
pasif reseptif). Fakta-fakta hanya diolah sekadarnya, yang mungkin dilakukan
tanpa suatu tujuan yang jelas dan tertentu.
2.
Zaman Penyelidikan/
penalaran; 7 SM - 6 M (Yunani)
Bangsa Yunani merupakan
bangsa yang pertama kali berusaha menggunakan akal untuk berpikir. Kegemaran
bangsa Yunani merantau secara tidak langsung menjadi sebab meluasnya tradisi berpikir
bebas yang dimiliki bangsa Yunani. Kebebasan berpikir Yunani disebabkan
sebelumnya tidak pernah ada agama yang didasarkan pada kitab suci.[4]
Pada waktu ini terjadi perubahan pola pikir manusia dari mitosentris menjadi
logosentris. Pola pikir mitosentris adalah pola pikir masyarakat yang sangat
mengandalkan mitos untuk menjelaskan fenomena alam, seperti gempa bumi dan
pelangi. Gempa bumi tidak dianggap fenomena alam biasa, tetapi Dewa Bumi yang
sedang menggoyangkan kepalanya. Namun, ketika filsafat diperkenalkan, fenomena
alam tersebut tidak lagi dianggap sebagai aktivitas dewa, tetapi aktivitas alam
yang terjadi secara kausalitas. Perubahan pola pikir tersebut membuat alam yang
dulunya ditakuti dan dijauhi kemudian didekati dan dieksploitasi, membuat
manusia yang dulunya pasif dalam menghadapi fenomena alam menjadi lebih
proaktif dan kreatif, sehingga alam dijadikan objek penelitian dan pengkajian.[5]
3.
Zaman Pertengahan (7-14 M)
Pengertian umum
tentang zaman pertengahan yang berkaitan dengan perkembangan pengetahuan ialah
suatu periode panjang yang dimulai dari jatuhnya kekaisaran Romawi Barat tahun
476 M hingga timbulnya Renaissance di Italia. Zaman pertengahan (Middle Age)
ditandai dengan pengaruh yang cukup besar dari agama Katolik terhadap
kekaisaran dan perkembangan kebudayaan pada saat itu. Pada umumnya orang Romawi
sibuk dengan masalah keagamaan tanpa memperhatikan masalah duniawi dan ilmu
pengetahuan. Para ilmuwan pada masa itu yang tampil dalam ilmu pengetahuan
adalah para teolog sehingga aktivitas
ilmiah terkait dengan aktivitas keagamaan. Menjelang berakhirnya abad
pertengahan, ada beberapa kemajuan yang tampak dalam masyarakat yang berupa
penemuan-penemuan, seperti pembaruan penggunaan bajak yang dapat mengurangi
penggunaan energi petani, kincir angin mulai digunakan untuk menggiling jagung,
pembaruan dalam bidang perkapalan dan navigasi pelayaran, kompas mulai
digunakan di Eropa, keterampilan dalam membuat tekstil dan pengolahan kulit
memperoleh kemajuan setelah orang mengenal alat pemintal kapas, dan
keterampilan penting lain pada masa akhir abad tengah adalah keterampilan dalam
pembuatan kertas serta telah mengenal percetakan dan bahan peledak.[6]
4.
Zaman Renaissance (15-16 M)
Zaman ini ditandai dengan berbagai pengetahuan
dalam bidang ilmiah, serta filsafat dari berbagai aliran muncul. Pada dasarnya
corak secara keseluruhan bercorak sufisme Yunani. Paham – paham yang muncul
dalam garis besarnya adalah Rasionalisme, Idealisme, dan Empirisme. Paham
Rasionalisme mengajarkan bahwa akal itulah alat terpenting dalam memperoleh dan
menguji pengetahuan. Ada tiga tokoh penting pendukung rasionalisme ini, yaitu
Descartes, Spinoza, dan Leibniz. Sedangkan aliran Idealisme mengajarkan hakekat
fisik adalah jiwa, spirit. Ide ini merupakan ide Plato yang memberikan jalan
untuk memperlajari paham idealisme zaman modern. Pada Paham Empirisme
mengajarkan bahwa tidak ada sesuatu dalam pikiran kita selain didahului oleh
pengalaman. ini bertolak belakang dengan paham rasionalisme. Mereka menentang
para penganut rasionalisme yang berdasarkan atas kepastian-kepastian yang
bersifat apriori. Pelopor aliran ini adalah Thomas Hobes Jonh locke,dan David
Hume.
Zaman Renaissance ialah
zaman peralihan ketika kebudayaan abad tengah mulai berubah menjadi suatu
kebudayan modern. Manusia kembali merindukan otonomi pemikiran yang bebas
seperti zaman Yunani Kuno. Manusia saat ini disebut sebagai animal rationale,
karena pada masa tersebut pemikiran manusia mulai bebas dan berkembang. Manusia
ingin mencapai kemajuan atas hasil usaha sendiri, tidak didasarkan atas campur
tangan Ilahi (kelompok sekuler). Zaman ini muncul pengelompokan ilmu alam atau
fisika dengan tokoh-tokohnya Galileo dan Newton.[7]
5.
Zaman Modern (17-19 M)
Tokoh yang dikenal
sebagai bapak filsafat modern adalah Rene Descartes (1598-1650), Isaaac Newton
(1643-1727). Mereka telah mewariskan suatu metode berpikir yang menjadi
landasan berpikir dalam ilmu pengetahuan modern. Rene Decrates mewariskan suatu
metode berpikir yang menjadi landasan berpikir ilmu pengetahuan modern, yaitu:
a.
Tidak menerima apapun sebagi hal yang benar, kecuali untuk diyakini
sendiri bahwa itu memang benar.
b.
Memilah-milah masah menjadi bagian-bagian terkecil untuk
mempermudah penyelesaian (analisis).
c.
Berpikir runtut dengan mulai dari hal yang sederhana sedikit demi
sedikit untuk sampai ke hal yang paling rumit.
d.
Perincian yang lengkap dan pemeriksaan menyeluruh diperlukan supaya
tidak ada yang terlupakan.
Pada zaman ini Auguste Conte dalam Suryasumantri, 1982. Membagi
tiga tingkat perkembangan pengetahuan yaitu pertama: tahap religius, kedua:
tahap metafisik dan ketiga: tahap positif. Tahap pertama menekan asas religi
sebagai postulat ilmiah, sehingga ilmu
merupakan deduksi dan penjabaran dari ajaran religi. Tahap kedua orang mulai
berspekulasi tentang metafisik (keberadaan) wujud yang menjadi objek penelaahan
yang terbebas dari dogma religi dan mengembangkan sistem pengetahuan di atas
dasar postulat metafisik. Tahap ketiga adalah tahap pengetahuan ilmiah (ilmu)
di mana asas-asas yang dipergunakan diuji secara positif dalam proses
verifikatif yang objektif. [8]
Perlu diketahui pula pada zaman ini terjadi revolusi Industri di Inggris,
sebagai akibat peralihan masyarakat agraris dan perdagangan abad pertengahan ke
masyarakat industri modern dan perdagangan maju. Pada abad inilah James Watt
menemukan mesin uap (abad ke-18), alat tenun dan Inggris menjadi penghasil
tekstil terbesar, kemudian diikuti Amerika Serikat dan Jepang menjadi negara
industri.[9]
6.
Zaman Kontemporer (abad ke 20 - sekarang )
Yang dimaksud Zaman
kontemporer dalam konteks ini adalah era tahun-tahun terakhir yang kita jalani
hingga saat sekarang ini. Hal yang membedakan pengamatan tentang ilmu di zaman
modern dengan zaman kontemporer adalah bahwa zaman modern adalah era
perkembangan ilmu yang berawal sejak abad ke-15, sedangkan zaman kontemporer
memfokuskan sorotannya pada berbagai perkembangan terakhir yang terjadi hingga
saat sekarang.[10]
Zaman ini dikenal seorang ahli fisika yaitu Albert Einstein. Ia menyatakan
bahwa alam itu tak terhingga besarnya dan tak terbatas, tetapi status
totalitasnya bersifat statis dari waktu ke waktu (kekekalan negri). Namun pada
tahun 1929 seorong fisikawi lainnya yaitu Hublle yang menggunakan teropong
bintang terbesar di dunia melihat galaksi di sekeliling kita, tampak menjauh
galaksi kita dengan kelajuan yang sebanding dengan jaraknya bumi. Observasi ini
menunjukan bahwa alam tidak statis. Pada zaman ini ilmu berkembang cepat dan
makin sempit serta mendalam. Ilmu kedokteran semakin berkembang menuju
spesialis dan superspesialis. Namun, juga muncul sintesis dari berbagi ilmu
seperti Bioteknologi, Psiko-linguistik, Bio-farmako-neurologi. Kemajuan
teknologi informasi dan fisika sangat menentukan perkembangan pengetahuan.[11]
Begitulah perkembangan ilmu di zaman kontemporer meliputi hampir seluruh bidang
ilmu dan teknologi, ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, antropologi, psikologi,
ekonomi, hukum dan politik, serta ilmu-ilmu eksakta seperti fisika, kimia, dan
biologi, serta aplikasi-aplikasinya di bidang teknologi rekayasa genetika,
informasi dan komunikasi, dan lain-lain.[12]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan memikirkan
segala sesuatu secara mendalam dan sungguh-sungguh, sehingga mencapai hakikat
segala situasi tersebut.
2.
Zaman purba terbagi menjadi dua, yaitu pada masa pra-sejarah dan
zaman sejarah. Pada masa pra-sejarah manusia sudah mempunyai kemampuan
mengamati, Kemampuan membeda-bedakan dan Kemampuan memilih. Sedangkan di masa
sejarah manusia mulai memiliki kemampuan membaca, menulis dan berhitung.
3.
Zaman Yunani, pada waktu ini terjadi perubahan pola pikir manusia
dari mitosentris menjadi logosentris. Pola pikir mitosentris adalah pola pikir
masyarakat yang sangat mengandalkan mitos untuk menjelaskan fenomena alam
4.
Zaman pertengahan, ditandai dengan beberapa kemajuan yang tampak
dalam masyarakat yang berupa penemuan-penemuan, seperti pembaruan penggunaan
bajak yang dapat mengurangi penggunaan energi petani, kincir angin mulai
digunakan untuk menggiling jagung, pembaruan dalam bidang perkapalan dan
navigasi pelayaran, kompas mulai digunakan di Eropa, keterampilan dalam membuat
tekstil dan pengolahan kulit memperoleh kemajuan setelah orang mengenal alat
pemintal kapas, dan lain-lain.
5.
Zaman rennaisance ditandai dengan berbagai pengetahuan dalam bidang
ilmiah, serta filsafat dari berbagai aliran muncul.
6.
Zaman modern ditandai dengan terjadinya revolusi Industri di
Inggris, sebagai akibat peralihan masyarakat agraris dan perdagangan abad
pertengahan ke masyarakat industri modern dan perdagangan maju.
7.
Zaman kontemporer meliputi hampir seluruh bidang ilmu dan
teknologi, ilmu-ilmu sosial, ilmu-ilmu eksakta, serta aplikasi-aplikasinya di
bidang teknologi rekayasa genetika, informasi dan komunikasi, dan lain-lain.
DAFTAR
PUSTAKA
Bakhtiar, Amsal, Filsafat
Ilmu, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006.
Mukhtar, Orientasi Ke Arah Pemeahaman Filsafat Ilmu,
Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2014.
Sudarsono, Ilmu Filsafat: Suatu
Pengantar¸Jakarta: Rineka Cipta, 2008.
Surajiyo, Filsafat Ilmu
dan Perkembangannya di Indonesia, Jakarta: PT Bumi aksara, 2010.
Supriyanto, Stefanus, Filsafat
Ilmu, Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2013.
[1]Surajiyo, Filsafat
Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia, Jakarta: PT Bumi aksara, Ed. 1, Cet.
5, 2010, hlm. 3.
[2] Mukhtar, Orientasi
Ke Arah Pemeahaman Filsafat Ilmu, ( Jakarta: Kencana Prenadamedia Group,
2014), hal. 43.
[3]Sudarsono, Ilmu
Filsafat: Suatu Pengantar¸Jakarta: Rineka Cipta, cet. 2, 2008, hlm. 12.
[4]Mukhtar, Orientasi
Ke Arah Pemeahaman Filsafat Ilmu, ( Jakarta: Kencana Prenadamedia Group,
2014), hal. 45
[5]Amsal Bakhtiar,
Filsafat Ilmu, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006, hlm.21.
[9]Amsal Bakhtiar,
Filsafat Ilmu... hlm. 62.
[10]Amsal Bakhtiar,
Filsafat Ilmu... hlm. 68.
[12]Amsal Bakhtiar,
Filsafat Ilmu... hlm. 71.
0 komentar:
Posting Komentar