Makalah
Kelompok 2
SEJARAH PERKEMBANGAN STUDI ISLAM DI
DUNIA ISLAM
DAN BARAT
Disusun
untuk memenuhi salah satu tugas
Mata
Kuliah : Metodologi Studi Islam
Dosen :
Drs. Surya Sukti, M.A.
Disusun
Oleh
Hamidah
NIM.
1504120443
Mukaramah
NIM.
1504120424
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA
PROGRAM
STUDI EKONOMI SYARIAH
JURUSAN
EKONOMI ISLAM
FAKULTAS
EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
TAHUN
2016
MOTO
“If You Believe, Everything can be Possible.”
Jika Kamu Percaya, Semuanya akan menjadi Mungkin.
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan hidayah, inayah dan rahmat-Nya, sehingga penyusunan makalah
ini selesai dengan baik dan tepat waktu. Karena tanpa pertolongan-Nya kami selaku
penyusun tidak akan mampu menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa semoga
tercurahkan selalu shalawat serta salam kepada manusia termulia yakni baginda
Rasulullah Muhammad SAW. yang berkat usaha kerja kerasnya kita dipersatukan
dalam persaudaraan yang lurus lagi benar dan semoga kita selaku ummatnya selalu
dalam jalan-Nya dan mengikuti jalan Nabi Muhammad SAW.
Dalam pembuatan makalah ini kami tidak begitu mendapat
banyak kesulitan karena adanya saran dari berbagai pihak
tentang pembuatannya. Namun, tidak menutup kemungkinan makalah ini masih jauh
dari sempurna dan banyak kekurangan, baik dari penulisan, ejaan dan sebagainya.
Oleh karenanya, kami sangat mengharapkan dengan lapang dada, kritik dan saran
yang bersifat membangun.
Akhirnya, kami selaku penyusun mengucapkan terima kasih
kepada Bapak DRS. SURYA SUKTI, M.A. yang telah memberikan tugas dan
bimbingannya kepada kami, yang mana ini akan membantu kami agar terbiasa dalam
pembuatan makalah. Tidak lupa kami ucapkan pula terima kasih kepada seluruh
pihak yang telah memberikan bantuannya sehingga kami mampu menyelesaikan
makalah ini dengan baik.
ABSTRAK
Sejarah
atau periodisasi perkembangan ilmu pengetahuan (science) dari masa ke masa,
dimulai dari era Pra Yunani Kuno, Zaman Yunani Kuno, Zaman Pertengahan, Zaman
Renaissance, Zaman Modern dan Zaman Kontemporer.
Perkembangan
studi Islam di dunia muslim maupun di dunia barat disebabkan oleh adanya kontak
langsung antara orang barat dengan orang Islam, adanya pelajar barat yang
belajar ke dunia Islam dan adanya gerakan penerjemahan kitab.
Perkembangan studi Islam di Dunia Muslim dapat
dibagi menjadi dua fase, Yaitu akhir periode Madinah sampai dengan 4 H., pada fase
pertama ini pendidikan Islam masih di masjid-masjid dan di rumah-rumah.
Hingga pada fase kedua, Selama periode khalifah ‘Abbasiyah, sekolah-sekolah
didirikan di kota-kota dan mulai menempati gedung-gedung besar, bukan lagi di
masjid. Sedangkan, perkembangan studi Islam di
dunia Barat, dapat dikelompokkan
menjadi dua fase, yakni: (1) di masa kejayaan Islam (abad ke 8) dan (2) sejak
masa renaisance, di mana barat mulai berjaya sampai sekarang.
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Sejarah Perkembangan Islam merupakan
bidang studi yang banyak menarik perhatian para peneliti, baik dari kalangan
sarjana muslim maupun non muslim. Karena itulah banyak manfaat yang dapat
diperoleh dari penelitian tersebut. Sementara itu, bagi para peneliti barat
mempelajari sejarah islam selain ditujukan untuk pengembangan ilmu, juga
terkadang dimaksudkan untuk mencari kelemahan dan kekuatan umat Islam agar
dapat dijajah dsb.
Disadari atau tidak, selama ini
informasi mengenai sejarah Islam banyak berasal dari hasil penelitian sarjana
barat. Hal ini terjadi karena selain masyarakat barat memiliki etos keilmuan
yang tinggi, juga didukung oleh keahlian di bidang penelitian yang memadai,
serta dana dan dukungan politik dari pemerintah yang kondusif.
Dari problematika di atas, kita
sebagai pelajar muslim perlu untuk mempelajari ataupun meneliti sejarah
perkembangan studi Islam di dunia Muslim maupun dunia Barat.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Dunia Islam dan Dunia
Barat?
2. Bagaimana fase-fase perkembangan Ilmu
Pengetahuan di Dunia?
3. Bagaimana perkembangan Studi Islam di
Dunia Islam?
4. Bagaimana perkembangan Studi Islam di
Dunia Barat?
C.
Tujuan Penulisan
1. Mengetahui dan memahami pengertian Dunia
Islam dan Dunia Barat.
2. Mengetahui fase-fase perkembangan Ilmu
pengetahuan di Dunia.
3. Mengetahui perkembangan Studi Islam di
Dunia Islam.
4. Mengetahui perkembangan Studi Islam di
Dunia Barat.
D.
Metode Penulisan
Adapun metode yang digunakan dalam
pembuatan makalah ini adalah dengan cara menelaah buku-buku kepustakaan sebagai
referensi dan menelusuri internet yang berhubungan dengan materi yang dibahas
dalam makalah ini.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Dunia
Islam dan Dunia Barat
Istilah Dunia Islam
mempunyai beberapa makna. Dari segi budaya ia merujuk kepada komunitas Muslim
Sedunia. Komunitas Muslim ini berjumlah kira-kira 1,3 – 1,4 milyar, atau satu
per lima dari penduduk dunia. Komunitas ini tersebar luas di banyak negara dan
kumpulan etnik yang cuma dihubungkan dengan agama. Dari segi sejarah atau
geopolitik, istilah ini biasanya merujuk kepada kumpulan negara mayoritas
Muslim atau negara yang Islam menonjol dalam politiknya. Komunitas Muslim
sedunia juga dikenali secara kolektif sebagai “ummah”. Islam menekankan
perpaduan dan pembelaan sesama Muslim, walaupun terdapat beberapa golongan
dalam Islam (seperti pemisahan sunni syi’ah).[1]
Sedangkan, Dunia Barat (atau sering
disebut Barat saja) merujuk kepada negara-negara yang berada di benua Eropa dan
Amerika. Dunia barat dibedakan dari dunia Timur yang digunakan untuk merujuk
kepada Asia. Meskipun begitu, pada umumnya kata ini lebih sering diasosiasikan
terhadap negara-negara yang mempunyai mayoritas penduduk berkulit putih. Oleh
karena itu, Australia dan Selandia Baru juga sering dianggap sebagai bagian
dari dunia Barat.Orang-orang yang tinggal di dunia Barat dipanggil orang Barat.[2]
B.
Fase-fase Perkembangan Ilmu Pengetahuan di Dunia
Dalam setiap periode
sejarah perkembangan ilmu pengetahuan memiliki ciri khas atau karakteristik
tertentu. Berikut adalah uraian singkat dari masing-masing periode atau sejarah
perkembangan ilmu pengetahuan dari masa ke masa.[3]
1. Zaman Pra Yunani Kuno (Zaman Purba)
Pada era ini, secara umum terbagi
menjadi tiga fase, yaitu :
a. Zaman Batu Tua, disebut juga masa
prasejarah. Era ini berlangsung sekitar empat juta tahun SM sampai 20.000 atau
10.000 tahun SM. Pada zaman ini telah mempunyai beberapa ciri khas, diantaranya
adalah menggunakan alat-alat sederhana yang dibuat dari batu dan tulang,
mengenal cocok tanam dan beternak.
b. Zaman Batu Muda, Era ini berlangsung
tahun 10.000 SM sampai 2000 SM atau abad 100 sampai 20 SM. Di zaman ini telah
berkembang kemampuan-kemampuan yang sangat signifikan. Kemampuan itu berupa
tulisan (dengan gambar dan symbol), kemampuan membaca (bermula dari bunyi atau
suku kata tertentu) dan kemampuan menghitung. Pada zaman ini juga berkembang
masalah perbintangan, matematika dan hukum.
c. Zaman Logam, zaman ini berlangsung dari
abad 20 SM sampai abad 6 SM. Pada zaman ini pemakaian logam sebagai peralatan
sehari-hari, bahkan sebagai perhiasan, peralatan memasak atau bahkan peralatan
perang.
2. Zaman Yunani Kuno
Zaman ini berlangsung dari abad 6 SM sampai dengan sekitar abad 6 M. Zaman
ini menggunakan sikap an inquiring
attitude (suatu sikap yang senang menyelidiki sesuatu secara kritis), dan
tidak menerima pengalaman yang didasarkan pada sikap receptive attitude (sikap menerima begitu saja). Sehingga pada
zaman ini filsafat tumbuh dengan subur. Yunani mencapai puncak kejayaannya atau
zaman keemasannya. Pada zaman ini banyak bermunculan ilmuwan terkemuka. Ada
beberapa nama yang populer pada masa ini, yaitu :
a. Thales (624-545) dari Miletus.
b. Pythagoras (580 SM-500 SM).
c. Socrates (469 SM-399 SM).
d. Plato (427 SM-347 SM)
e. Aristoteles (384 SM-322 SM)
3. Zaman Pertengahan
Zaman ini masih berhubungan dengan
zaman sebelumnya. Karena awal mula zaman ini pada abad 6 M sampai sekitar abad
14 M. Zaman ini disebut dengan zaman kegelapan (The Dark Ages) ketika Bangsa Eropa mengalami masa kegelapan,
kebangkitan justru menjadi milik Islam. Hal ini dimulai dari munculnya Nabi
Muhammad SAW pada abad ke-6 M, perluasan wilayah, pembinaan hukum serta
penerjemahan filsafat Yunani dan kemajuan ilmu pengetahuan Islam pada abad ke-7
M sampai pada abad ke-12 M. Pada masa kegelapan ini ilmu pengetahuan di Eropa
tidak berkembang. Karya ilmuwan yang masih menjadi pegangan hanya karya
Aristoteles. Pada abad 12 M, yang di klaim sebagai awal mula zaman Renaissance
telah muncul beberapa nama yang mempelopori di bidang ilmu dan eksperimen,
yaitu:
a. Roger Bacon (1214 M-1294 M)
b. Thomas Aquinas (1225 M-1274 M)
c. Gerard Van Cremona (1114 M-1187 M)
d. Giovanni Boccaccio (1313 M-1375 M)
4. Zaman Renaissance
Zaman ini berlangsung pada awal abad
14 M sampai dengan abad 17 M. Renaissance sering diartikan dengan kebangkitan,
peralihan atau lahir kembali (rebirth), yaitu dilahirkan kembali sebagai
manusia yang bebas untuk berpikir dan jauh dari ajaran-ajaran agama.
Tokoh-tokoh
ilmuwan yang berpengaruh di masa ini ialah sbb :
a. Nicolaus Capernicus (1473 M-1543 M)
b. Galileo Galilei (1564 M-1642 M)
c. Tycho Brahe (1546 M-1601 M)
d. Johannes Kepler (1571 M-1630 M)
e. Francies Bacon (1561 M-1626 M)
5. Zaman Modern
Zaman ini sebenarnya sudah terintis
mulai dari abad 15 M. Tetapi, indikator yang nyata terlihat jelas pada abad 17
M dan berlangsung hingga abad 20 M. Hal ini ditandai dengan adanya
penemuan-penemuan di bidang ilmiah. Menurut Slamet Iman Sontoso ada tiga sumber
pokok yang menyebabkan berkembangnya ilmu pengetahuan di Eropa dengan pesat,
yaitu hubungan antara kerajaan islam di Semenanjung Liberia dengan negara
Prancis, terjadinya Perang Salib dari tahun 1100-1300 dan jatuhnya Istanbul ke
tangan Turki pada tahun 1453.
Zaman ini sudah dimulai sejak abad 14
M. Zaman ini dikenal juga sebagai masa rasionalisme yang tumbuh di zaman modern
karena munculnya berbagai penemuan ilmu pengetahuan.
Tokoh
yang terkenal pada masa ini adalah sebagai berikut:
a. Isaac Newton (1643 M-1727 M)
b. Rene Descartes (1596 M-1650 M)
c. Charles Robert Darwin (1809 M-1882 M)
d. Joseph John Thompson (1856 M-1940 M)
6. Zaman Kontemporer
Zaman ini bermula dari abad 20 M dan
masih berlangsung hingga saat ini. Zaman ini ditandai dengan adanya
teknologi-teknologi canggih, dan spesialisasi ilmu-ilmu yang semakin tajam dan
mendalam. Pada zaman ini bidang fisika menempati kedudukan paling tinggi dan
banyak dibicarakan oleh para filsuf. Sebagian besar aplikasi ilmu teknologi di
abad 21 merupakan hasil penemuan mutakhir di abad 20. Pada zaman ini , ilmuwan
yang menonjol dan banyak dibicarakan adalah fisikawan. Bidang fisika menjadi
titik pusat perkembangan ilmu pada masa ini. Fisikawan yang paling terkenal
pada abad ke-20 adalah Albert Einstein.
C.
Perkembangan Studi Islam di Dunia Islam
Sejarah singkat prestasi umat manusia dalam bidang ilmu pengetahuan
dikemukakan misalnya oleh George Stanton sebagai berikut : Pertama, fase 450-700 SM, yang disebut zaman Platon, yang
kemudian diikuti oleh Aristoteles, Euclides, Archimides dan seterusnya. Kedua, tahun 600-700 M, disebut sebagai zaman China,
dengan tokoh Hsin dan I Ching. Ketiga, 750-1258, yang disebut zaman kejayaan Muslim.
Selama 350 tahun pertama (750-1100M) kejayaan tersebut didominasi dan secara
mutlak dikuasai sarjana-sarjana muslim; Jabir, Khawarizmui, al-Razi, Mas’udi,
Wafa, al-Biruni, Ibn Sina, Ibnu Haitam, Umar al-Khayyam. Setelah itu muncul
nama-nama non Muslim adalah Gerando di Cremona dan Roger Bacon. Sementara tokoh-tokoh
dari Muslim adalah Ibnu Rushd, Nasiruddin, al-Tusi, Ibnu Nafis.
Kemajuan pengetahuan dalam Islam tidak mungkin dipisahkan dari tradisi
intelektual peradaban-peradaban terdahulu yang telah maju sebelum dan menjelang
munculnya Islam. Kalau dalam Islam perkembangan ilmu pengetahuan mencapai
kejayaan sekitar abad ke-6 H./12 M., maka jauh sebelumnya bangsa-bangsa:
Yunani, India, Cina, Tibet, Mesir dan Persia telah mengembangkan tradisi
keilmuannya sendiri-sendiri.
Studi Islam di dunia Islam sama dengan menyebut studi Islam di dunia
Muslim. Dalam sejarah Muslim dicatat sejumlah lembaga kajian Islam (pada
tingkat dasar sampai perguruan tinggi) disejumlah kota. Maka uraian berikut
adalah sejarah perkembangan studi Islam di dunia Muslim.
Akhir periode Madinah sampai dengan 4 H., fase pertama pendidikan Islam
sekolah masih di masjid-masjid dan di rumah-rumah, dengan ciri hapalan, namun
sudah dikenalkan logika, matematika, ilmu alam, kedokteran, kimia, musik,
sejarah dan geografi. Selama abad ke 5 H. Selama periode khalifah ‘Abbasiyah,
sekolah-sekolah didirikan di kota-kota dan mulai menempati gedung-gedung besar,
bukan lagi di masjid, dan mulai bergesar dari mata kuliah yang bersifat
spiritual ke mata kuliah yang bersifat intelektual, ilmu alam, dan ilmu sosial.
Namun disebutkan, berdirinya sistem Madrasah adalah di abad 5 H/ akhir abad 11
M., justru menjadi titik balik kejayaan sebab Madrasah dibiayai dan diprakarsai
negara. Kemudian Madrasah menjadi alat penguasa untuk mempertahankan
doktrin-doktrin terutama oleh kerajaan Fatimah di Kairo. Sebelumnya disekolah
ini di ajarkan kimia, kedoketran, filsafat, diganti hanya mempelajari tafsir,
kalam, fikih dan bahasa.
Pengaruh al-Ghazali (1085-1111 M) disebut sebagai awal terjadi pemisahan
ilmu agama dengan ilmu umum, bahkan terkesan terjadi dikotomi. Dia menyebut
bahwa menuntut ilmu agama wajib bagi setiap Muslim, sementara menuntu ilmu umum
adalah wajib kifayah. Meskipun perlu dicatat bahwa hasil kejayaaan Muslim di
bidang Sains dan Teknologi bukanlah capaian kelembagaan, melainkan bersifat
individu ilmuwan Muslim yang didorong semangat penyelidikan ilmiah.
Ada beberapa kota yang menjadi pusat kajian Islam di zamannya, yakni
Nisyapur, Baghdad, Kairo, Damasksus, dan Jerussalem. Di Nisyapur ditemukan
Madrasah Nizhamiyah. Di Baghdad ditemukan Madrasah Nizhamiyah, Madrasah Imam
Abu Hanifah, Madrasah al-Mustanshiriyah. Di Kairo ditemukan Madrasah
al-Manshuriyah. Di Damaskus ditemukan Dar al-Qur’an al-Dilamiyah, Dar al-Qur’an
al-Shabuniyah, Dar al-Hadis al-Nuriyah. Kemudian masih di Damaskus ditemukan
lembaga sufi Ribath al-Bayan. Sedangkan di Jerussalem ditemukan sejumlah
lembaga sufi; Zawiyah al-Wafa’iyah, Zawiyah al-Naqshabandiyah, dan Khanqah
al-Shalahiyah. Namun demikian, pemikir masih berbeda pendapat kapan dan
madrasah mana yang pertama berdiri.
Ada empat perguruan tinggi tertua di dunia Muslim yakni: (1) Nizhamiyah
di Baghdad, (2) al-Azhar di Kairo Mesir, (3) Cordova, dan (4) Kairwan Amir
Nizam al-Mulk di Maroko.
D.
Perkembangan Studi Islam di Dunia Barat
Untuk menjelaskan perkembangan studi Islam di dunia Barat perlu
dijelaskan lebih dahulu sejarah kontak Islam dengan dunia barat (Eropa). Kontak
Islam dengan Barat (Eropa) dapat dikelompokkan menjadi dua fase, yakni: (1) di
masa kejayaan Islam (abad ke 8) kalau lihat Spanyol adalah abad 13, dan (2)
sejak masa renaisance, di mana barat mulai berjaya sampai sekarang. Pembahasan
pada bagian ini sesuai dengan fase-fase tersebut.
a.
Fase Kejayaan Muslim
Kontak pertama antara dunia barat dengan
dunia muslim adalah lewat kontak perguruan tinggi. Bahwa sejumlah ilmuwan dan
tokoh-tokoh barat datang ke sejumlah perguruan tinggi, laboratorium,
observatoriom dan pusat-pusat studi muslim untuk memperdalam ilmu pengetahuan
dan teknologi. Di dunia Islam belahan timur, perguruan tinggi tersebut
berkedudukan di Baghdad (Irak) dan di Kairo (Mesir), sementara di belahan barat
ada di Cordova.
Bentuk
lain dari kontak dunia muslim dengan dunia barat pada fase pertama adalah
penyalinan manuskrip-manuskrip Arab karya ilmuwan Muslim ke dalam bahasa Latin
sejak abad ke-13 Masehi hingga bangkitnya zaman kebangunan (Renaissance) di
Eropa pada abad ke-14 dan terlebih dalam bidang ilmu filsafat hingga lahir
aliran Skolastik, aliran Rasionalisme, aliran Empirisme, dan selanjutnya.
Kegiatan penyalinan manuskrip ini bermula atas restu King Frederic H dari
Sicily (1198-1212), yang belakangan menjabat sebagai Kaisar Holy Roman Empire
(1215-1250). Berkat penyalinan karya-karya ilmiah dari manuskrip-manuskrip Arab
itu, terbukalah jalan bagi cabang-cabang ilmiah di Barat.
Tokoh-tokoh yang mula-mula memperkenalkan ilmu
pengetahuan Arab itu, terutama dalam bidang kedokteran (ketabiban atau medical
science) dan bidang matematika (mathematics) pada abad ke 11 M.
adalah: Gerbet d’Auvergne yang kemudian menjabat paus di Vatikan dengan
panggilan Pope Sylvester II (999-1003 M), Constantine the African, dan
Aderald (Adelboud) of Bath. Pada pertengahan abad ke-12 barulah Raymund,
Archbishop of Toledo, membentuk Society of Translators yang diketuai
oleh Arcbdeacon Dominicus Gundasalvi, dan buat pertama kalinya muncul
versi-versi dalam bahasa Latin mengenai himpunan komentar Avicienna (Ibnu Sina)
dan Agazales (Al-Ghazali) dan juga Vons Vitae karya Ben Gebirol. Yang
dipekerjakan sebagai penerjemah itu adalah tokoh-tokoh Yahudi yang telah
dipaksa memeluk agama Kristen setelah ibukotaToledo direbut dari kekuasaan
Islam. Karya Ibnu Sina (Avicienna) dalam bidang ketabiban, yaitu Canon of
Medicine, disalin untuk pertama kalinya oleh Gerard of Cremona (w. 1187 M)
tetapi penyalinan itu barulah berlangsung secara intensif setelah berada di
bawah naungan Kaisar Frederick II (1212-1250). Kaisar Frederick II memberikan fasilitas
tidak terhingga kepada Michael Scot (1775-1234), tokoh yang pertama-tama dalam
sejarah menyalin karya-karya Averroes (Ibnu Rushd) dalam bidang astronomi dan
fisika. Seorang tokoh lagi yang diberi fasilitas oleh Kaisar Frederick II
adalah Hermanus Allemanus (1243-1256 M) menyalin karya-karya Al-Farabes
(Al-Farabi) dan dia pun menyalin Rbetorica, salinan karya Aristoteles (384-322)
di dalam bahasa Arab, serta menyalin Poetic dan Etbica karya
Averroes (Ibnu Rushd) yang merupakan salinan karya Aristoteles.
Setelah ilmu-ilmu yang dahulunya dikembangkan Muslim
masuk ke Eropa dan dikembangkan oleh sarjana-sarjana Barat, dirasakan banyak
yang tidak sejalan dengan Islam. Misalnya masuknya paham Secular dan
sejenisnya. Karena itu, beberapa ilmuwan, misalnya Isma’il R. Al-Faruqi, M.
Nauib Al-Attas, H. Hasan Bilgrami, S. Al Asyraf, Ziauddin Sardar dan lain-lain
melakukan pembersihan. Upaya yang dilakukan mecakup dua hal. Pertama, mencoba
menumbuhkan kesadaran akan persoalan yang ada, dengan menunjukan
kekurangan-kekurangan sistem Barat dan produknya di dunia Islam; kemudian
menawarkan kemungkinan-kemungkinan penyelesaian yang dapat ditempuh, misalnya
propaganda penulasan ulang ilmu-ilmu modern dengan menanggalkan ciri-ciri Barat
(terutama Sekularisme) yang terkandung di dalamnya, lalu mengisinya dengan
nilai-nilai Islam. Dalam istilah singkat upaya ini terkenal dengan Islamisasi
Pengetahuan. Kedua, pada level yang lebih praktis pendirian
universitas-universitas Islam (lebih tepatnya universitas yang Islami) sebagai
alternatif terhadap universitas model Barat yang sejauh ini dominan. Wujud dari
upaya ini, antara lain adalah dibangunnya Universitas Islam Internasional (International
Islamic University) di Pakistan dan Malaysia dengan dukungan Organisasi
Konferensi Islam (OKI), atau Institut Islam Untuk Kajian-kajian Tingkat Tinggi
(Islamic Institut of Advanced Studies) di Washington, dan lembaga yang
baru saja didirikan (Oktober 1991) di
Kuala Lumpur, Malaysia, di mana Al-Attas merupakan tokoh sentral. Lembaga ini
diberi nama The International Institue of Islamic Thought and Civilization (Institut
Internasional Pemikiran dan Peradaban Islam).
b.
Fase Runtuhnya Muslim
Selama abad renaisanse Eropa menguasai dunia untuk
mencari mata dagangan, komersial, dan penyebaran agama. Ekspedisi bangsa-bangsa
Eropa, terutama Spanyol, Portugal, Inggris, Belanda, Perancis dan Italia, yang
awalnya hanya berlomba menguasai dan mengamankan sumber komoditas dan monopoli,
lama kelamaan menjadi kolonialisasi melalui rekayasa kekuasaan.
Kedatangan Muslim fase kedua ke dunia barat,
khususnya Eropa Barat dilatarbelakangi oleh dua alasan pokok, yakni: (1) alasan
politik, dan (2) alasan ekonomi. Alasan ekonomi adalah kesepakatan dua negara,
yang satu sebagai bekas penjajah, sementara yang satunya sebagai bekas jajahan.
Misalnya Perancis mempunyai kesepakatan dengan
negara-negara bekas jajahannya, bahwa penduduk negara-negara jajahannya
boleh masuk ke Perancis tanpa pembatasan. Maka berdatanganlah Muslim dari
Afrika Barat dan Afrika Utara, khususnya dari Algeria ke Perancis. Adapun
alasan ekonomi adalah untuk mencukupi tenaga buruh yang dibutuhkan negara-negara Eropa Barat. Untuk menutupi
kebutuhan ini Belgia, Jerman, Belanda merekrut buruh dari Turki, Maroko, dan
beberapa negara Timur Tengah lainnya. Adapun Itali, Spanyol, Portugal, dan
Yunani tidak masuk kategori yang mendatangkan buruh dari negara-negara lain,
tetapi dalam negaranya sendiri.
Kategori Muslim yang ada di Eropa Barat ada 2,yaitu
(1)Pendatang (Migrant) dan (2)Penduduk Asli. Penduduk asli dapat dikelompokkan
menjadi 3, dikelompokkan lagi menjadi 3 kelompok. Pertama, orang asli yang
masuk Islam (Converted Muslim). Kedua, keturunan dari muslim asli yang sudah
lama. Ketiga, Muslim yang kembali menemukan agama aslinya (Rediscovery Islam
of Original Roots). Muslim yang tinggal di Eropa Barat dapat dikelompokkan
menjadi 4 kelompok. Pertama, Konfessionals, yakni mereka yang melaksanakan ajaran
agama Islam dan menjadikannya bukan hanya sekedar agama, tetapi juga cara hidup
dan kehidupan sosial dan budaya. Kedua, Believers, yakni mereka yang menerima
Islam sebagai agama dan menjadikan ajaran-ajaran yang bersifat prinsip sebagai
dasar dalam kehidupan sosial dan budaya, tanpa melaksanakan kewajiban-kewajiban
agama Islam. Ketiga, liberals, yakni mereka yang attach great value dalam
sejumlah aspek dari nilai-nilai etik dan filosofi Islam, tetapi dal waktu yang
bersamaan mereka kritis bahkan menolak sejumlah aspek dalam agama, khususnya
dalam kehidupan sosial dan politik. Keempat, agnosticists, yakni mereka yang
tidak percaya dengan keimanan dan menolak agama sebagai dasar kehidupan sosial
dan budaya pada umumnya.
Pembahasan tentang bagaimana studi Islam di
negara-negara non muslim pada saat itu dapat dikelompokkan menjadi 3,yaitu
1.
Berdasarkan dosen yang mengajarkan studi Islam,
2.
Berdasarkan perguruan tinggi,dan
3.
Berdasarkan pusat studi.
Berdasarkan
dosen yang mengajar, studi Islam dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu:
1.
Tenaga
pengajar yang menganut agama Islam (Muslim), dan
2.
Tenaga pengajar non muslim.
Mereka non muslim lebih dikenal dengan sebutan Orientalist,kata Orient
yang berarti Timur, dan list berarti Ahli. Secara bahasa Orientalist
adalah ahli ketimuran. Maksud timur di sini adalah Islam maka, Orientalist
adalah Ahli keislaman. Sebelum muslim memasuki universitas-universitas di
Barat (khususnya Eropa dan Amerika), belum ada Muslim yang bisa menulis dalam
bahasa Inggris dan beberapa bahasa Eropa seperti bahasa Prancis, bahasa Jerman,
dan bahasa Belanda, oleh karena itu, ahli Islam di Barat didominasi oleh para
Orientalist maka buku-buku dan artikel-artikel tentang pemikiran-pemikiran di
budang Islam pun didominasi dan merupakan hasil pemikiran para Orientalist.
Seiring dengan adanya sarjana muslim yang sekolah di Barat dan menulis dalam
bahasa barat tentang Islam, maka ahli keislaman pun muncul dari sejumlah
Muslim. Diantaranya Muhammad Iqbal, Fazlur Rahman di Chicago, Mohammed Arkoun,
Farid Esack, Amina Wadud Muhsin, Khaled Medhad Abou El Fadli, Nasr Hamid Abu
Zayd, Fatima Mernisi, Mohammad Hashim Kamali. Munculnya nama-nama sarjana
Muslim ini sebagai hasil dari interaksi mereka dengan tenaga-tenaga pengajar
tentang studi Islam di Dunia Barat.
Menurut Fazlur Rahman para orientalist dapat dikelompokkan secara umum
menjadi 2 kelompok besar di dalam studi bidang Al-Qur’an, yaitu :
1.
Missionaris, dan
2.
Akademik.
Maksud
kelompok Missionaris adalah para sarjana barat yang ketika mengkaji Al-Qur’an
memakai kacamata ajaran Kristen, bahkan mempunyai misi tertentu yaitu mereka
dengan kajiannya berusaha memperlihatkan kelemahan dan kekurangan Al-Qur’an.
Ilmuwan yang masuk pada kelompok ini adalah :
1.
Johan Bouman, dengan karyanya Gott und mensch im Koran,
2.
Jacques Jomier, dengan karyanya Les Grands Themes
do Coran,
3.
Kenneth Cragg, dengan karyanya The Event of the
Qur’an,
4.
Basetti-Sani, dengan karyanya Mohammed and Est.
Prancis, dan
5.
Claus, dengan karyanya Muhammad und Jesus.
Adapun
kelompok Akademik adalah ilmuwan yang mengkaji Al-Qur’an berdasar dan mempunyai
motivasi ilmu murni (Motivasi Akademik). Ilmuwan yang masuk kelompok ini
menurut Rahman diantaranya :
1.
Wansbrough dengan karyanya Quranic Studies,
2.
John Burton dengan karyanya The Collection of the
Qur’an, dan
3.
Angelika Neuwirth dengan karyanya Studient Zur
Komposition der Mekkanischen Suren (Studies toward the composition of the
meccan suras).
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Istilah
Dunia Islam, dari segi budaya ia merujuk kepada komunitas Muslim Sedunia.
Komunitas Muslim ini berjumlah kira-kira 1,3 – 1,4 milyar, atau satu per lima
dari penduduk dunia. Dari segi sejarah atau geopolitik, istilah ini biasanya
merujuk kepada kumpulan negara mayoritas Muslim atau negara yang Islam menonjol
dalam politiknya. Sedangkan, Dunia Barat (atau sering disebut Barat saja)
merujuk kepada negara-negara yang berada di benua Eropa dan Amerika. Dunia
barat dibedakan dari dunia Timur yang digunakan untuk merujuk kepada Asia.
Meskipun begitu, pada umumnya kata ini lebih sering diasosiasikan terhadap
negara-negara yang mempunyai mayoritas penduduk berkulit putih.
Adapun
sejarah atau periodisasi perkembangan ilmu pengetahuan (science) dari masa ke
masa, dimulai dari era Pra Yunani Kuno, Zaman Yunani Kuno, Zaman Pertengahan,
Zaman Renaissance, Zaman Modern dan Zaman Kontemporer.
Perkembangan
studi Islam di dunia muslim maupun di dunia barat disebabkan oleh adanya kontak
langsung antara orang barat dengan orang Islam, adanya pelajar barat yang
belajar ke dunia Islam dan adanya gerakan penerjemahan kitab.
Perkembangan studi Islam di Dunia Muslim dapat
dibagi menjadi dua fase, Yaitu akhir periode Madinah sampai dengan 4 H., pada fase
pertama ini pendidikan Islam masih di masjid-masjid dan di rumah-rumah,
dengan ciri hapalan, namun sudah dikenalkan logika, matematika, ilmu alam,
kedokteran, kimia, musik, sejarah dan geografi. Dan fase kedua Selama
abad ke 5 H, pada masa periode khalifah ‘Abbasiyah, sekolah-sekolah didirikan
di kota-kota dan mulai menempati gedung-gedung besar, bukan lagi di masjid, dan
mulai bergesar dari mata kuliah yang bersifat spiritual ke mata kuliah yang
bersifat intelektual, ilmu alam, dan ilmu sosial. Sedangkan, perkembangan studi
Islam di dunia Barat, secara umum dapat dikelompokan
menjadi dua fase, fase pertama ketika Islam memegang kejayaan dan
menjadi pusat ilmu pengetahuan, teknologi dan kebudayaan, dan fase kedua ketika
Islam jatuh dan runtuh, sementara dunia Barat mulai jaya dan menjadi pusat ilmu,
teknologi dan kebudayaan.
DAFTAR
PUSTAKA
Nasution,
Khairuddin, Pengantar Studi Islam, Yogyakarta: ACAdeMia + TAZZAFA, 2009.