Minggu, 28 Februari 2016

Sejarah Perkembangan Studi Islam di Dunia Islam dan Barat

Diposting oleh Mukaramah di 21.00 0 komentar


Makalah Kelompok 2

SEJARAH PERKEMBANGAN STUDI ISLAM DI DUNIA ISLAM
DAN BARAT
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas
Mata Kuliah : Metodologi Studi Islam
Dosen : Drs. Surya Sukti, M.A.

Disusun Oleh
Hamidah
NIM. 1504120443
Mukaramah
NIM. 1504120424

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
JURUSAN EKONOMI ISLAM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
TAHUN 2016


MOTO

“If You Believe, Everything can be Possible.”
Jika Kamu Percaya, Semuanya akan menjadi Mungkin.



KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan hidayah, inayah dan rahmat-Nya, sehingga penyusunan makalah ini selesai dengan baik dan tepat waktu. Karena tanpa pertolongan-Nya kami selaku penyusun tidak akan mampu menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa semoga tercurahkan selalu shalawat serta salam kepada manusia termulia yakni baginda Rasulullah Muhammad SAW. yang berkat usaha kerja kerasnya kita dipersatukan dalam persaudaraan yang lurus lagi benar dan semoga kita selaku ummatnya selalu dalam jalan-Nya dan mengikuti jalan Nabi Muhammad SAW.
Dalam pembuatan makalah ini kami tidak begitu mendapat banyak kesulitan karena adanya saran dari berbagai pihak tentang pembuatannya. Namun, tidak menutup kemungkinan makalah ini masih jauh dari sempurna dan banyak kekurangan, baik dari penulisan, ejaan dan sebagainya. Oleh karenanya, kami sangat mengharapkan dengan lapang dada, kritik dan saran yang bersifat membangun.
Akhirnya, kami selaku penyusun mengucapkan terima kasih kepada Bapak DRS. SURYA SUKTI, M.A. yang telah memberikan tugas dan bimbingannya kepada kami, yang mana ini akan membantu kami agar terbiasa dalam pembuatan makalah. Tidak lupa kami ucapkan pula terima kasih kepada seluruh pihak yang telah memberikan bantuannya sehingga kami mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik.



ABSTRAK

Sejarah atau periodisasi perkembangan ilmu pengetahuan (science) dari masa ke masa, dimulai dari era Pra Yunani Kuno, Zaman Yunani Kuno, Zaman Pertengahan, Zaman Renaissance, Zaman Modern dan Zaman Kontemporer.
Perkembangan studi Islam di dunia muslim maupun di dunia barat disebabkan oleh adanya kontak langsung antara orang barat dengan orang Islam, adanya pelajar barat yang belajar ke dunia Islam dan adanya gerakan penerjemahan kitab.
Perkembangan studi Islam di Dunia Muslim dapat dibagi menjadi dua fase, Yaitu akhir periode Madinah sampai dengan 4 H., pada fase pertama ini pendidikan Islam masih di masjid-masjid dan di rumah-rumah. Hingga pada fase kedua, Selama periode khalifah ‘Abbasiyah, sekolah-sekolah didirikan di kota-kota dan mulai menempati gedung-gedung besar, bukan lagi di masjid. Sedangkan, perkembangan studi Islam di dunia Barat, dapat dikelompokkan menjadi dua fase, yakni: (1) di masa kejayaan Islam (abad ke 8) dan (2) sejak masa renaisance, di mana barat mulai berjaya sampai sekarang.





BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Sejarah Perkembangan Islam merupakan bidang studi yang banyak menarik perhatian para peneliti, baik dari kalangan sarjana muslim maupun non muslim. Karena itulah banyak manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian tersebut. Sementara itu, bagi para peneliti barat mempelajari sejarah islam selain ditujukan untuk pengembangan ilmu, juga terkadang dimaksudkan untuk mencari kelemahan dan kekuatan umat Islam agar dapat dijajah dsb.
         Disadari atau tidak, selama ini informasi mengenai sejarah Islam banyak berasal dari hasil penelitian sarjana barat. Hal ini terjadi karena selain masyarakat barat memiliki etos keilmuan yang tinggi, juga didukung oleh keahlian di bidang penelitian yang memadai, serta dana dan dukungan politik dari pemerintah yang kondusif.
          Dari problematika di atas, kita sebagai pelajar muslim perlu untuk mempelajari ataupun meneliti sejarah perkembangan studi Islam di dunia Muslim maupun dunia Barat.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian Dunia Islam dan Dunia Barat?
2.      Bagaimana fase-fase perkembangan Ilmu Pengetahuan di Dunia?
3.      Bagaimana perkembangan Studi Islam di Dunia Islam?
4.      Bagaimana perkembangan Studi Islam di Dunia Barat?

C.    Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui dan memahami pengertian Dunia Islam dan Dunia Barat.
2.      Mengetahui fase-fase perkembangan Ilmu pengetahuan di Dunia.
3.      Mengetahui perkembangan Studi Islam di Dunia Islam.
4.      Mengetahui perkembangan Studi Islam di Dunia Barat.

D.    Metode Penulisan
           Adapun metode yang digunakan dalam pembuatan makalah ini adalah dengan cara menelaah buku-buku kepustakaan sebagai referensi dan menelusuri internet yang berhubungan dengan materi yang dibahas dalam makalah ini.

BAB II
PEMBAHASAN

A.   Pengertian Dunia Islam dan Dunia Barat
Istilah Dunia Islam mempunyai beberapa makna. Dari segi budaya ia merujuk kepada komunitas Muslim Sedunia. Komunitas Muslim ini berjumlah kira-kira 1,3 – 1,4 milyar, atau satu per lima dari penduduk dunia. Komunitas ini tersebar luas di banyak negara dan kumpulan etnik yang cuma dihubungkan dengan agama. Dari segi sejarah atau geopolitik, istilah ini biasanya merujuk kepada kumpulan negara mayoritas Muslim atau negara yang Islam menonjol dalam politiknya. Komunitas Muslim sedunia juga dikenali secara kolektif sebagai “ummah”. Islam menekankan perpaduan dan pembelaan sesama Muslim, walaupun terdapat beberapa golongan dalam Islam (seperti pemisahan sunni syi’ah).[1]
 Sedangkan, Dunia Barat (atau sering disebut Barat saja) merujuk kepada negara-negara yang berada di benua Eropa dan Amerika. Dunia barat dibedakan dari dunia Timur yang digunakan untuk merujuk kepada Asia. Meskipun begitu, pada umumnya kata ini lebih sering diasosiasikan terhadap negara-negara yang mempunyai mayoritas penduduk berkulit putih. Oleh karena itu, Australia dan Selandia Baru juga sering dianggap sebagai bagian dari dunia Barat.Orang-orang yang tinggal di dunia Barat dipanggil orang Barat.[2]

B.  Fase-fase Perkembangan Ilmu Pengetahuan di Dunia
Dalam setiap periode sejarah perkembangan ilmu pengetahuan memiliki ciri khas atau karakteristik tertentu. Berikut adalah uraian singkat dari masing-masing periode atau sejarah perkembangan ilmu pengetahuan dari masa ke masa.[3]
1.      Zaman Pra Yunani Kuno (Zaman Purba)
         Pada era ini, secara umum terbagi menjadi tiga fase, yaitu :
a.       Zaman Batu Tua, disebut juga masa prasejarah. Era ini berlangsung sekitar empat juta tahun SM sampai 20.000 atau 10.000 tahun SM. Pada zaman ini telah mempunyai beberapa ciri khas, diantaranya adalah menggunakan alat-alat sederhana yang dibuat dari batu dan tulang, mengenal cocok tanam dan beternak.
b.      Zaman Batu Muda, Era ini berlangsung tahun 10.000 SM sampai 2000 SM atau abad 100 sampai 20 SM. Di zaman ini telah berkembang kemampuan-kemampuan yang sangat signifikan. Kemampuan itu berupa tulisan (dengan gambar dan symbol), kemampuan membaca (bermula dari bunyi atau suku kata tertentu) dan kemampuan menghitung. Pada zaman ini juga berkembang masalah perbintangan, matematika dan hukum.
c.       Zaman Logam, zaman ini berlangsung dari abad 20 SM sampai abad 6 SM. Pada zaman ini pemakaian logam sebagai peralatan sehari-hari, bahkan sebagai perhiasan, peralatan memasak atau bahkan peralatan perang.
2.      Zaman Yunani Kuno
      Zaman ini berlangsung dari abad 6 SM sampai dengan sekitar abad 6 M. Zaman ini menggunakan sikap an inquiring attitude (suatu sikap yang senang menyelidiki sesuatu secara kritis), dan tidak menerima pengalaman yang didasarkan pada sikap receptive attitude (sikap menerima begitu saja). Sehingga pada zaman ini filsafat tumbuh dengan subur. Yunani mencapai puncak kejayaannya atau zaman keemasannya. Pada zaman ini banyak bermunculan ilmuwan terkemuka. Ada beberapa nama yang populer pada masa ini, yaitu :
a.       Thales (624-545) dari Miletus.
b.      Pythagoras (580 SM-500 SM).
c.       Socrates (469 SM-399 SM).
d.      Plato (427 SM-347 SM)
e.       Aristoteles (384 SM-322 SM)
3.      Zaman Pertengahan
         Zaman ini masih berhubungan dengan zaman sebelumnya. Karena awal mula zaman ini pada abad 6 M sampai sekitar abad 14 M. Zaman ini disebut dengan zaman kegelapan (The Dark Ages) ketika Bangsa Eropa mengalami masa kegelapan, kebangkitan justru menjadi milik Islam. Hal ini dimulai dari munculnya Nabi Muhammad SAW pada abad ke-6 M, perluasan wilayah, pembinaan hukum serta penerjemahan filsafat Yunani dan kemajuan ilmu pengetahuan Islam pada abad ke-7 M sampai pada abad ke-12 M. Pada masa kegelapan ini ilmu pengetahuan di Eropa tidak berkembang. Karya ilmuwan yang masih menjadi pegangan hanya karya Aristoteles. Pada abad 12 M, yang di klaim sebagai awal mula zaman Renaissance telah muncul beberapa nama yang mempelopori di bidang ilmu dan eksperimen, yaitu:
a.       Roger Bacon (1214 M-1294 M)
b.      Thomas Aquinas (1225 M-1274 M)
c.       Gerard Van Cremona (1114 M-1187 M)
d.      Giovanni Boccaccio (1313 M-1375 M)
4.      Zaman Renaissance
         Zaman ini berlangsung pada awal abad 14 M sampai dengan abad 17 M. Renaissance sering diartikan dengan kebangkitan, peralihan atau lahir kembali (rebirth), yaitu dilahirkan kembali sebagai manusia yang bebas untuk berpikir dan jauh dari ajaran-ajaran agama.
Tokoh-tokoh ilmuwan yang berpengaruh di masa ini ialah sbb :
a.       Nicolaus Capernicus (1473 M-1543 M)
b.      Galileo Galilei (1564 M-1642 M)
c.       Tycho Brahe (1546 M-1601 M)
d.      Johannes Kepler (1571 M-1630 M)
e.       Francies Bacon (1561 M-1626 M)
5.      Zaman Modern
         Zaman ini sebenarnya sudah terintis mulai dari abad 15 M. Tetapi, indikator yang nyata terlihat jelas pada abad 17 M dan berlangsung hingga abad 20 M. Hal ini ditandai dengan adanya penemuan-penemuan di bidang ilmiah. Menurut Slamet Iman Sontoso ada tiga sumber pokok yang menyebabkan berkembangnya ilmu pengetahuan di Eropa dengan pesat, yaitu hubungan antara kerajaan islam di Semenanjung Liberia dengan negara Prancis, terjadinya Perang Salib dari tahun 1100-1300 dan jatuhnya Istanbul ke tangan Turki pada tahun 1453.
        Zaman ini sudah dimulai sejak abad 14 M. Zaman ini dikenal juga sebagai masa rasionalisme yang tumbuh di zaman modern karena munculnya berbagai penemuan ilmu pengetahuan.
Tokoh yang terkenal pada masa ini adalah sebagai berikut:
a.       Isaac Newton (1643 M-1727 M)
b.      Rene Descartes (1596 M-1650 M)
c.       Charles Robert Darwin (1809 M-1882 M)
d.      Joseph John Thompson (1856 M-1940 M)
6.      Zaman Kontemporer
         Zaman ini bermula dari abad 20 M dan masih berlangsung hingga saat ini. Zaman ini ditandai dengan adanya teknologi-teknologi canggih, dan spesialisasi ilmu-ilmu yang semakin tajam dan mendalam. Pada zaman ini bidang fisika menempati kedudukan paling tinggi dan banyak dibicarakan oleh para filsuf. Sebagian besar aplikasi ilmu teknologi di abad 21 merupakan hasil penemuan mutakhir di abad 20. Pada zaman ini , ilmuwan yang menonjol dan banyak dibicarakan adalah fisikawan. Bidang fisika menjadi titik pusat perkembangan ilmu pada masa ini. Fisikawan yang paling terkenal pada abad ke-20 adalah Albert Einstein.

C.  Perkembangan Studi Islam di Dunia Islam
Sejarah singkat prestasi umat manusia dalam bidang ilmu pengetahuan dikemukakan misalnya oleh George Stanton sebagai berikut : Pertama, fase 450-700 SM, yang disebut zaman Platon, yang kemudian diikuti oleh Aristoteles, Euclides, Archimides dan seterusnya. Kedua, tahun 600-700 M, disebut sebagai zaman China, dengan tokoh Hsin dan I Ching. Ketiga, 750-1258, yang disebut zaman kejayaan Muslim. Selama 350 tahun pertama (750-1100M) kejayaan tersebut didominasi dan secara mutlak dikuasai sarjana-sarjana muslim; Jabir, Khawarizmui, al-Razi, Mas’udi, Wafa, al-Biruni, Ibn Sina, Ibnu Haitam, Umar al-Khayyam. Setelah itu muncul nama-nama non Muslim adalah Gerando di Cremona dan Roger Bacon. Sementara tokoh-tokoh dari Muslim adalah Ibnu Rushd, Nasiruddin, al-Tusi, Ibnu Nafis.
Kemajuan pengetahuan dalam Islam tidak mungkin dipisahkan dari tradisi intelektual peradaban-peradaban terdahulu yang telah maju sebelum dan menjelang munculnya Islam. Kalau dalam Islam perkembangan ilmu pengetahuan mencapai kejayaan sekitar abad ke-6 H./12 M., maka jauh sebelumnya bangsa-bangsa: Yunani, India, Cina, Tibet, Mesir dan Persia telah mengembangkan tradisi keilmuannya sendiri-sendiri.
Studi Islam di dunia Islam sama dengan menyebut studi Islam di dunia Muslim. Dalam sejarah Muslim dicatat sejumlah lembaga kajian Islam (pada tingkat dasar sampai perguruan tinggi) disejumlah kota. Maka uraian berikut adalah sejarah perkembangan studi Islam di dunia Muslim.
Akhir periode Madinah sampai dengan 4 H., fase pertama pendidikan Islam sekolah masih di masjid-masjid dan di rumah-rumah, dengan ciri hapalan, namun sudah dikenalkan logika, matematika, ilmu alam, kedokteran, kimia, musik, sejarah dan geografi. Selama abad ke 5 H. Selama periode khalifah ‘Abbasiyah, sekolah-sekolah didirikan di kota-kota dan mulai menempati gedung-gedung besar, bukan lagi di masjid, dan mulai bergesar dari mata kuliah yang bersifat spiritual ke mata kuliah yang bersifat intelektual, ilmu alam, dan ilmu sosial. Namun disebutkan, berdirinya sistem Madrasah adalah di abad 5 H/ akhir abad 11 M., justru menjadi titik balik kejayaan sebab Madrasah dibiayai dan diprakarsai negara. Kemudian Madrasah menjadi alat penguasa untuk mempertahankan doktrin-doktrin terutama oleh kerajaan Fatimah di Kairo. Sebelumnya disekolah ini di ajarkan kimia, kedoketran, filsafat, diganti hanya mempelajari tafsir, kalam, fikih dan bahasa.
Pengaruh al-Ghazali (1085-1111 M) disebut sebagai awal terjadi pemisahan ilmu agama dengan ilmu umum, bahkan terkesan terjadi dikotomi. Dia menyebut bahwa menuntut ilmu agama wajib bagi setiap Muslim, sementara menuntu ilmu umum adalah wajib kifayah. Meskipun perlu dicatat bahwa hasil kejayaaan Muslim di bidang Sains dan Teknologi bukanlah capaian kelembagaan, melainkan bersifat individu ilmuwan Muslim yang didorong semangat penyelidikan ilmiah.
Ada beberapa kota yang menjadi pusat kajian Islam di zamannya, yakni Nisyapur, Baghdad, Kairo, Damasksus, dan Jerussalem. Di Nisyapur ditemukan Madrasah Nizhamiyah. Di Baghdad ditemukan Madrasah Nizhamiyah, Madrasah Imam Abu Hanifah, Madrasah al-Mustanshiriyah. Di Kairo ditemukan Madrasah al-Manshuriyah. Di Damaskus ditemukan Dar al-Qur’an al-Dilamiyah, Dar al-Qur’an al-Shabuniyah, Dar al-Hadis al-Nuriyah. Kemudian masih di Damaskus ditemukan lembaga sufi Ribath al-Bayan. Sedangkan di Jerussalem ditemukan sejumlah lembaga sufi; Zawiyah al-Wafa’iyah, Zawiyah al-Naqshabandiyah, dan Khanqah al-Shalahiyah. Namun demikian, pemikir masih berbeda pendapat kapan dan madrasah mana yang pertama berdiri.
Ada empat perguruan tinggi tertua di dunia Muslim yakni: (1) Nizhamiyah di Baghdad, (2) al-Azhar di Kairo Mesir, (3) Cordova, dan (4) Kairwan Amir Nizam al-Mulk di Maroko.

D.  Perkembangan Studi Islam di Dunia Barat
Untuk menjelaskan perkembangan studi Islam di dunia Barat perlu dijelaskan lebih dahulu sejarah kontak Islam dengan dunia barat (Eropa). Kontak Islam dengan Barat (Eropa) dapat dikelompokkan menjadi dua fase, yakni: (1) di masa kejayaan Islam (abad ke 8) kalau lihat Spanyol adalah abad 13, dan (2) sejak masa renaisance, di mana barat mulai berjaya sampai sekarang. Pembahasan pada bagian ini sesuai dengan fase-fase tersebut.
a.       Fase Kejayaan Muslim
      Kontak pertama antara dunia barat dengan dunia muslim adalah lewat kontak perguruan tinggi. Bahwa sejumlah ilmuwan dan tokoh-tokoh barat datang ke sejumlah perguruan tinggi, laboratorium, observatoriom dan pusat-pusat studi muslim untuk memperdalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Di dunia Islam belahan timur, perguruan tinggi tersebut berkedudukan di Baghdad (Irak) dan di Kairo (Mesir), sementara di belahan barat ada di Cordova.
        Bentuk lain dari kontak dunia muslim dengan dunia barat pada fase pertama adalah penyalinan manuskrip-manuskrip Arab karya ilmuwan Muslim ke dalam bahasa Latin sejak abad ke-13 Masehi hingga bangkitnya zaman kebangunan (Renaissance) di Eropa pada abad ke-14 dan terlebih dalam bidang ilmu filsafat hingga lahir aliran Skolastik, aliran Rasionalisme, aliran Empirisme, dan selanjutnya. Kegiatan penyalinan manuskrip ini bermula atas restu King Frederic H dari Sicily (1198-1212), yang belakangan menjabat sebagai Kaisar Holy Roman Empire (1215-1250). Berkat penyalinan karya-karya ilmiah dari manuskrip-manuskrip Arab itu, terbukalah jalan bagi cabang-cabang ilmiah di Barat.
Tokoh-tokoh yang mula-mula memperkenalkan ilmu pengetahuan Arab itu, terutama dalam bidang kedokteran (ketabiban atau medical science) dan bidang matematika (mathematics) pada abad ke 11 M. adalah: Gerbet d’Auvergne yang kemudian menjabat paus di Vatikan dengan panggilan Pope Sylvester II (999-1003 M), Constantine the African, dan Aderald (Adelboud) of Bath. Pada pertengahan abad ke-12 barulah Raymund, Archbishop of Toledo, membentuk Society of Translators yang diketuai oleh Arcbdeacon Dominicus Gundasalvi, dan buat pertama kalinya muncul versi-versi dalam bahasa Latin mengenai himpunan komentar Avicienna (Ibnu Sina) dan Agazales (Al-Ghazali) dan juga Vons Vitae karya Ben Gebirol. Yang dipekerjakan sebagai penerjemah itu adalah tokoh-tokoh Yahudi yang telah dipaksa memeluk agama Kristen setelah ibukotaToledo direbut dari kekuasaan Islam. Karya Ibnu Sina (Avicienna) dalam bidang ketabiban, yaitu Canon of Medicine, disalin untuk pertama kalinya oleh Gerard of Cremona (w. 1187 M) tetapi penyalinan itu barulah berlangsung secara intensif setelah berada di bawah naungan Kaisar Frederick II (1212-1250).  Kaisar Frederick II memberikan fasilitas tidak terhingga kepada Michael Scot (1775-1234), tokoh yang pertama-tama dalam sejarah menyalin karya-karya Averroes (Ibnu Rushd) dalam bidang astronomi dan fisika. Seorang tokoh lagi yang diberi fasilitas oleh Kaisar Frederick II adalah Hermanus Allemanus (1243-1256 M) menyalin karya-karya Al-Farabes (Al-Farabi) dan dia pun menyalin Rbetorica, salinan karya Aristoteles (384-322) di dalam bahasa Arab, serta menyalin Poetic dan Etbica karya Averroes (Ibnu Rushd) yang merupakan salinan karya Aristoteles.
Setelah ilmu-ilmu yang dahulunya dikembangkan Muslim masuk ke Eropa dan dikembangkan oleh sarjana-sarjana Barat, dirasakan banyak yang tidak sejalan dengan Islam. Misalnya masuknya paham Secular dan sejenisnya. Karena itu, beberapa ilmuwan, misalnya Isma’il R. Al-Faruqi, M. Nauib Al-Attas, H. Hasan Bilgrami, S. Al Asyraf, Ziauddin Sardar dan lain-lain melakukan pembersihan. Upaya yang dilakukan mecakup dua hal. Pertama, mencoba menumbuhkan kesadaran akan persoalan yang ada, dengan menunjukan kekurangan-kekurangan sistem Barat dan produknya di dunia Islam; kemudian menawarkan kemungkinan-kemungkinan penyelesaian yang dapat ditempuh, misalnya propaganda penulasan ulang ilmu-ilmu modern dengan menanggalkan ciri-ciri Barat (terutama Sekularisme) yang terkandung di dalamnya, lalu mengisinya dengan nilai-nilai Islam. Dalam istilah singkat upaya ini terkenal dengan Islamisasi Pengetahuan. Kedua, pada level yang lebih praktis pendirian universitas-universitas Islam (lebih tepatnya universitas yang Islami) sebagai alternatif terhadap universitas model Barat yang sejauh ini dominan. Wujud dari upaya ini, antara lain adalah dibangunnya Universitas Islam Internasional (International Islamic University) di Pakistan dan Malaysia dengan dukungan Organisasi Konferensi Islam (OKI), atau Institut Islam Untuk Kajian-kajian Tingkat Tinggi (Islamic Institut of Advanced Studies) di Washington, dan lembaga yang baru saja didirikan (Oktober 1991)  di Kuala Lumpur, Malaysia, di mana Al-Attas merupakan tokoh sentral. Lembaga ini diberi nama The International Institue of Islamic Thought and Civilization (Institut Internasional Pemikiran dan Peradaban Islam).
b.      Fase Runtuhnya Muslim
Selama abad renaisanse Eropa menguasai dunia untuk mencari mata dagangan, komersial, dan penyebaran agama. Ekspedisi bangsa-bangsa Eropa, terutama Spanyol, Portugal, Inggris, Belanda, Perancis dan Italia, yang awalnya hanya berlomba menguasai dan mengamankan sumber komoditas dan monopoli, lama kelamaan menjadi kolonialisasi melalui rekayasa kekuasaan.
Kedatangan Muslim fase kedua ke dunia barat, khususnya Eropa Barat dilatarbelakangi oleh dua alasan pokok, yakni: (1) alasan politik, dan (2) alasan ekonomi. Alasan ekonomi adalah kesepakatan dua negara, yang satu sebagai bekas penjajah, sementara yang satunya sebagai bekas jajahan. Misalnya Perancis mempunyai kesepakatan dengan  negara-negara bekas jajahannya, bahwa penduduk negara-negara jajahannya boleh masuk ke Perancis tanpa pembatasan. Maka berdatanganlah Muslim dari Afrika Barat dan Afrika Utara, khususnya dari Algeria ke Perancis. Adapun alasan ekonomi adalah untuk mencukupi tenaga buruh yang dibutuhkan  negara-negara Eropa Barat. Untuk menutupi kebutuhan ini Belgia, Jerman, Belanda merekrut buruh dari Turki, Maroko, dan beberapa negara Timur Tengah lainnya. Adapun Itali, Spanyol, Portugal, dan Yunani tidak masuk kategori yang mendatangkan buruh dari negara-negara lain, tetapi dalam negaranya sendiri.
Kategori Muslim yang ada di Eropa Barat ada 2,yaitu (1)Pendatang (Migrant) dan (2)Penduduk Asli. Penduduk asli dapat dikelompokkan menjadi 3, dikelompokkan lagi menjadi 3 kelompok. Pertama, orang asli yang masuk Islam (Converted Muslim). Kedua, keturunan dari muslim asli yang sudah lama. Ketiga, Muslim yang kembali menemukan agama aslinya (Rediscovery Islam of Original Roots). Muslim yang tinggal di Eropa Barat dapat dikelompokkan menjadi 4 kelompok. Pertama, Konfessionals, yakni mereka yang melaksanakan ajaran agama Islam dan menjadikannya bukan hanya sekedar agama, tetapi juga cara hidup dan kehidupan sosial dan budaya. Kedua, Believers, yakni mereka yang menerima Islam sebagai agama dan menjadikan ajaran-ajaran yang bersifat prinsip sebagai dasar dalam kehidupan sosial dan budaya, tanpa melaksanakan kewajiban-kewajiban agama Islam. Ketiga, liberals, yakni mereka yang attach great value dalam sejumlah aspek dari nilai-nilai etik dan filosofi Islam, tetapi dal waktu yang bersamaan mereka kritis bahkan menolak sejumlah aspek dalam agama, khususnya dalam kehidupan sosial dan politik. Keempat, agnosticists, yakni mereka yang tidak percaya dengan keimanan dan menolak agama sebagai dasar kehidupan sosial dan budaya pada umumnya.
Pembahasan tentang bagaimana studi Islam di negara-negara non muslim pada saat itu dapat dikelompokkan menjadi 3,yaitu
1.      Berdasarkan dosen yang mengajarkan studi Islam,
2.      Berdasarkan perguruan tinggi,dan
3.      Berdasarkan pusat studi.
Berdasarkan dosen yang mengajar, studi Islam dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu:
1.     Tenaga pengajar yang menganut agama Islam (Muslim), dan
2.    Tenaga pengajar non muslim.

Mereka non muslim lebih dikenal dengan sebutan Orientalist,kata Orient yang berarti Timur, dan list berarti Ahli. Secara bahasa Orientalist adalah ahli ketimuran. Maksud timur di sini adalah Islam maka, Orientalist adalah Ahli keislaman. Sebelum muslim memasuki universitas-universitas di Barat (khususnya Eropa dan Amerika), belum ada Muslim yang bisa menulis dalam bahasa Inggris dan beberapa bahasa Eropa seperti bahasa Prancis, bahasa Jerman, dan bahasa Belanda, oleh karena itu, ahli Islam di Barat didominasi oleh para Orientalist maka buku-buku dan artikel-artikel tentang pemikiran-pemikiran di budang Islam pun didominasi dan merupakan hasil pemikiran para Orientalist. Seiring dengan adanya sarjana muslim yang sekolah di Barat dan menulis dalam bahasa barat tentang Islam, maka ahli keislaman pun muncul dari sejumlah Muslim. Diantaranya Muhammad Iqbal, Fazlur Rahman di Chicago, Mohammed Arkoun, Farid Esack, Amina Wadud Muhsin, Khaled Medhad Abou El Fadli, Nasr Hamid Abu Zayd, Fatima Mernisi, Mohammad Hashim Kamali. Munculnya nama-nama sarjana Muslim ini sebagai hasil dari interaksi mereka dengan tenaga-tenaga pengajar tentang studi Islam di Dunia Barat.
Menurut Fazlur Rahman para orientalist dapat dikelompokkan secara umum menjadi 2 kelompok besar di dalam studi bidang Al-Qur’an, yaitu :
1.    Missionaris, dan
2.    Akademik.
Maksud kelompok Missionaris adalah para sarjana barat yang ketika mengkaji Al-Qur’an memakai kacamata ajaran Kristen, bahkan mempunyai misi tertentu yaitu mereka dengan kajiannya berusaha memperlihatkan kelemahan dan kekurangan Al-Qur’an. Ilmuwan yang masuk pada kelompok ini adalah :
1.    Johan Bouman, dengan karyanya  Gott und mensch im Koran,
2.    Jacques Jomier, dengan karyanya Les Grands Themes do Coran,
3.    Kenneth Cragg, dengan karyanya The Event of the Qur’an,
4.    Basetti-Sani, dengan karyanya Mohammed and Est. Prancis, dan
5.    Claus, dengan karyanya Muhammad und Jesus.

Adapun kelompok Akademik adalah ilmuwan yang mengkaji Al-Qur’an berdasar dan mempunyai motivasi ilmu murni (Motivasi Akademik). Ilmuwan yang masuk kelompok ini menurut Rahman diantaranya :
1.    Wansbrough dengan karyanya Quranic Studies,
2.    John Burton dengan karyanya The Collection of the Qur’an, dan
3.    Angelika Neuwirth dengan karyanya Studient Zur Komposition der Mekkanischen Suren (Studies toward the composition of the meccan suras).



BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Istilah Dunia Islam, dari segi budaya ia merujuk kepada komunitas Muslim Sedunia. Komunitas Muslim ini berjumlah kira-kira 1,3 – 1,4 milyar, atau satu per lima dari penduduk dunia. Dari segi sejarah atau geopolitik, istilah ini biasanya merujuk kepada kumpulan negara mayoritas Muslim atau negara yang Islam menonjol dalam politiknya. Sedangkan, Dunia Barat (atau sering disebut Barat saja) merujuk kepada negara-negara yang berada di benua Eropa dan Amerika. Dunia barat dibedakan dari dunia Timur yang digunakan untuk merujuk kepada Asia. Meskipun begitu, pada umumnya kata ini lebih sering diasosiasikan terhadap negara-negara yang mempunyai mayoritas penduduk berkulit putih.
Adapun sejarah atau periodisasi perkembangan ilmu pengetahuan (science) dari masa ke masa, dimulai dari era Pra Yunani Kuno, Zaman Yunani Kuno, Zaman Pertengahan, Zaman Renaissance, Zaman Modern dan Zaman Kontemporer.
Perkembangan studi Islam di dunia muslim maupun di dunia barat disebabkan oleh adanya kontak langsung antara orang barat dengan orang Islam, adanya pelajar barat yang belajar ke dunia Islam dan adanya gerakan penerjemahan kitab.
Perkembangan studi Islam di Dunia Muslim dapat dibagi menjadi dua fase, Yaitu akhir periode Madinah sampai dengan 4 H., pada fase pertama ini pendidikan Islam masih di masjid-masjid dan di rumah-rumah, dengan ciri hapalan, namun sudah dikenalkan logika, matematika, ilmu alam, kedokteran, kimia, musik, sejarah dan geografi. Dan fase kedua Selama abad ke 5 H, pada masa periode khalifah ‘Abbasiyah, sekolah-sekolah didirikan di kota-kota dan mulai menempati gedung-gedung besar, bukan lagi di masjid, dan mulai bergesar dari mata kuliah yang bersifat spiritual ke mata kuliah yang bersifat intelektual, ilmu alam, dan ilmu sosial. Sedangkan, perkembangan studi Islam di dunia Barat, secara umum dapat dikelompokan menjadi dua fase, fase pertama ketika Islam memegang kejayaan dan menjadi pusat ilmu pengetahuan, teknologi dan kebudayaan, dan fase kedua ketika Islam jatuh dan runtuh, sementara dunia Barat mulai jaya dan menjadi pusat ilmu, teknologi dan kebudayaan.


  DAFTAR PUSTAKA
Nasution, Khairuddin, Pengantar Studi Islam, Yogyakarta: ACAdeMia + TAZZAFA, 2009.





[1]http://id.m.wikipedia.org/wiki/Dunia_Muslim.
[2]https://id.m.wikipedia.org/wiki/Dunia_Barat.
 

Kumpulan Makalah, Artikel, dan Karya Tulis Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea